~ [Twoshot] Baby, Baby 2/2 (2th Cloudyelfputriandina) ~

on

babybaby

Tittle      :               Baby, Baby

Author  :               PrincessClouds

Genre   :               Sweet Romance, Familiy.

Rated    :               PG-15

Length  :               Twoshoot

Main      :               Super Junior Donghae & Kim So Eun

Casts     :               Russel Williams (OC), Super Junior Siwon, Girl Generation Tiffany, f(x) Sulli, Super Junior Shindong, Jung Nari, Other OCs

Summary:           “DONGHAE! CEPAT!!” | “SOEUN!” | “DONGHAE!! SHIREO!! | “Donghae kau seorang maniak?!” | “Tapi apa kau tahu artinya Tulip Merah?” | “Tulip merah adalah….”

Warning:              Typo(s), Roman PICISAN

Dedicated to:     My Cousin Reno Novita Sari, HaeSso Lovers, and All Readers ^^

*Baby,_Baby*

“Soeun, kufikir aku akan pergi lagi. Kau bisa menjaga Russel lagi sampai aku kembali?” tanya Donghae pada Soeun yang saat itu tengah bermain dengan Russel. Soeun yang sedang memeluk dan menciumi Russel menoleh, lalu mengangguk.

“Ya, tentu saja. Pergilah, aku akan menjaga Russel…” ucap Soeun sambil menggendong Russel. Berjalan kearah Donghae. “Russel, katakan selamat tinggal untuk Daddy, hmm…” ucapnya lembut sambil menciumi pipi Russel. Bayi itu tertawa lucu, matanya menatap Donghae dengan senang sambil mengulurkan kedua tangannya.

“Daddy..”

“Dia sepertinya mulai pintar dan mengerti..” ucap Donghae gemas sambil mendekati Russel. Ia kembali menggendong bayi itu sejenak sebelum ia meninggalkan keduanya disini. “Russel baby, daddy akan pergi untuk beberapa saat. Kau tunggu daddy dirumah sampai daddy kembali, ya? Oiya, jangan membuat Mommy susah, mengerti?” tanya Donghae pada bayi tersebut. Bayi tersebut tampak tertawa senang mendengar ucapan Donghae seakan sudah mengerti dan menyanggupi. Hal itu mau tak mau membuat kedua orang itu kembali tersenyum.

“Kau benar-benar menggemaskan..” ucap Soeun senang sambil menyentuh lembut si bayi. Tertawa Russel terlihat semakin lebar setelah Soeun menyentuh pipinya yang mau tak mau membuat ‘kedua orangtuanya’ kembali tertawa.

“Kau begitu menggemaskan. Sekarang popo Daddy…” pinta Donghae sambil memegang satu pipi si mungil. Donghae sedikit memajukan bibirnya ketika bayi itu menoleh padanya. Meminta bayi itu membalasnya. “Popo~”

Chu~

“Kyeopta..” Soeun bergumam senang melihat Russel membalas ciuman Donghae. Donghae juga tampak tersenyum puas sambil mengusap rambut pirang milik Russel.

“Kau benar-benar manis…”

“Mommy~”

Donghae dan Soeun menoleh kearah bayi itu lagi ketika kali ini satu tangannya maraih-raih Soeun. meminta Soeun untuk mendekat padanya. Kedua orang itu saling berpandangan.

“Mommy~”

Soeun mengalihkan perhatiannya dari Donghae ketika bayi itu terus memanggil dan mengulurkan tangannya kepada Soeun. Akhirnya ia mendekat satu langkah kearah Donghae dan Russel. Ia sedikit merundukkan wajahnya untuk memenuhi keinginan anak itu.

Chu~

Bayi itu tertawa senang setelah keinginannya terpenuhi. Ia tampak asyik bermain-main sendiri dipangkuan Donghae. Meninggalkan dua orang tuanya yang tiba-tiba sedikit canggung. Itu tadi.. Indirect Kiss? Mereka berdua baru saja melakukan sebuah ciuman melaui bibir Russel?

*

Bunga lili putih itu berpindah tangan dari wanita pemilik toko bunga itu kepada Donghae. Donghae tampak kembali tersenyum melihat bunganya. Lalu menatap wanita itu kembali.

“Terima kasih, nyonya…” ucapnya sambil menyerahkan uang pas. Wanita itu mengangguk dan tersenyum.

“Sama-sama, anak muda. Besok datanglah kembali, aku akan selalu menyiapkan bunga lili putih untukmu..” ucap wanita itu sambil tersenyum. Donghae balas tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

“Ya, terima kasih nyonya..”

Tak berlama-lama. Donghae mulai berjalan keluar dari toko bunga tersebut. Seperti biasa, ia selalu mendatangi Tiffany untuk memberikan bunga ini. lupakan apa Tiffany nanti mau menerimanya ataupun tidak.

Tap!

Donghae menghentikan langkahnya tepat di ambang pintu. Matanya menatap sebuah selebaran yang tertempel di kaca toko tersebut. Menariknya paksa dan melepasnya.

“R-Russel…”

*

“Kau pulang malam lagi…”

Soeun menghentikan langkahnya yang mau memasuki tangga ketika mendengar suara ayahnya. Ia langsung berbalik setelah itu.

“Ayah… belum tidur?”

“Apa yang kau lakukan diluar belakangan ini, putriku. Kenapa kau selalu pergi pagi dan pulang tengah malam begini…” ucap ayahnya lembut sambil mendekati putri sulungnya itu.

“Aku hanya sedang mengerjakan sesuatu yang penting ayah untuk beberapa saat kedepan…” sahut Soeun singkat. Ia tersenyum merasakan elusan tangan ayahnya dikepalanya.

“Tapi kau harus menjaga keseharan. Kau bisa sakit bila terus seperti ini…”

“Tentu…”

“Oiya, dari kemaren kau mengatakan bahwa kau akan membawa kekasihmu kerumah untuk dikenalkan kepada kami. Kenapa belum jadi juga?” tanya Ayahnya mengalihkan topic pembicaraan.

“Eung…” Soeun bergumam ragu. “Dia belum bisa datang, ayah. Kukira aku tak bisa mengenalkannya dalam waktu dekat ini..”

“Kenapa begitu? Sayang sekali. Tapi..kalau memang begitu juga tidak apa-apa. Suruh dia mempersiapkan dirinya dulu untuk menemui ayah. Dia harus tahu kalau ayah cukup galak…” ucap ayahnya bercanda. Soeun hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.

“Baik ayah…”

“Ya sudah, ini sudah malam. sebaiknya cepat tidur karena besok harus kuliah lagi…”

“Ya, ayah. Ayah juga sebaiknya segera tidur. Selamat malam…” ucap Soeun sambil memeluk tubuh ayahnya itu sejenak. Tuan Kim mengangguk sambil kembali mengusap rambut Soeun.

“Selamat malam…”

*

Soeun dengan cepat mengemasi buku-buku dan alat tulisnya setelah kelasnya hari ini berakhir. Gadis itu kemudian segera berjalan keluar dari kelasnya. Hari-hari memang selalu seperti ini akhir-akhir ini, Russel selalu membuatnya merasa rindu dan tak sabar untuk memeluknya.

“Aku harus secepatnya menemui Russel dan segera memeluknya…” ucap Soeun dengan senang dan bersemangat. Iapun mempercepat jalannya kearah parkiran. Untungnya hari ini ia membawa mobilnya sendiri jadi ia bisa lebih cepat sampai di apartement Donghae.

Sesampainya di parkiran, gadis itu sontak menghentikan langkahnya. Soeun terpana, menatap lurus dan tanpa reaksi kearah sebuah mobil yang terparkir disana. Bukan, tepatnya kearah dua orang didalamnya. Dimana mereka tampak saling berpagutan dalam sebuah ciuman.

Tangan dan kaki Soeun bergetar. Dengan cepat ia tersadar dan mengalihkan perhatiannya. Pada akhirnya ia memutuskan meninggalkan tempat itu. meninggalkan dua orang itu dan mobilnya.

*

Donghae mendesah pelan sambil menatap Russel yang sudah tertidur. Ia kemudian mengalihkan perhatiannya bebas keluar melalui jendela. Menatap air langit yang masih juga berjatuhan tanpa henti sejak sore ini. Sekali lagi ia mendesah sebelum akhirnya menutup jendela itu dengan kain gorden yang menggantunginya.

“Soeun masih belum memberi khabar…” ucap pemuda itu sambil melihat ponselnya. Donghae kemudian merebahkan diri keatas sofa lalu menyalakan Televisinya. Membiarkan benda itu menyala untuk sekedar menemaninya melamun. Dimana fikirannya malah melayang kearah yang lainnya.

“Karena hujan aku tak bisa menemui Tiffany hari ini…”

Klik!

Donghae mengalihkan perhatiannya kearah pintu ketika mendengar seseorang masuk. Ia tampak kaget begitu melihat siapa yang datang, membuat tanpa sadar ia bangkit dari tempatnya.

“Soeun?”

“Maaf aku terlambat…” sahut Soeun pelan. Suaranya terdengar bergetar karena kedinginan. seluruh tubuhnya basah kuyup.

“Aish, kau sampai hujan-hujan kemari?” tanya Donghae sambil berjalan ke kamarnya. Tak lama ia kembali dengan sebuah handuk ditangannya dan menyerahkan pada Soeun. “Kau tak harus memaksakan diri. Kalau keadaannya begini tidak datang juga tidak apa-apa…”

“Terima kasih…”

Soeun menyahut pelan sambil meraih handuk itu. ia kemudian berusaha mengeringkan rambutnya yang benar-benar basah.

“Kau harus mengganti bajumu dengan apa? Aku mana ada baju perempuan…”

“Tak perlu…”

“Huh?” Donghae mengerutkan dahinya dan memiringkan wajahnya. Sedikit memperhatikan Soeun lebih seksama. Membuat Soeun menundukkan wajahnya, berusaha menghindari tatapan menyelidik Donghae. “Kau menangis?kenapa?” tanya Donghae sambil meluruskan kepalanya kembali.

“Tidak ada…” sahutannya masih sama. Lalu perlahan ia mengangkat wajahnya, menatap Donghae dan tersenyum. “Aku hanya begitu merindukan Russel. Itu sebabnya aku datang sekedar melihat keadaannya…”

“Begitu…” Gumam Donghae sambil menganggukkan kepalanya. “Dia ada didalam, sudah tidur. Masuk saja ke dalam kamar…” ucap Donghae kemudian. Namun pandangannya kembali beralih pada tubuh Soeun yang basah. “Tapi kau sebaiknya tetap mengganti pakaianmu. Aku akan mencari sesuatu yang bisa kau kenakan di lemari…” ucap Donghae sambil berbalik dan berniat kembali ke kamarnya. Tapi langkahnya terhenti ketika suara Soeun terdengar lagi.

“Itu…”

Donghae kembali berbalik. Menatap wajah Soeun yang kembali tertunduk dalam. Gadis itu tampak begitu gugup sambil menggenggam tangannya yang masih bergetar kedinginan.

“B-Bolehkah aku m-menginap?” tanyanya gugup sambil menggigit bibir bawahnya. “Aku tak mungkin pulang kerumah dalam keadaan seperti ini. sementara.. aku kehilangan semua barang-barangku tadi…”

“Aku akan tidur di sofa…”

Donghae hanya terdiam sambil menatap wajah yang terus menunduk itu. dia dapat membaca situasi lebih jelas. Gadis itu sedang larut dalam masalah yang mungkin cukup berat padanya, sehingga membuat ia datang dalam keadaan seperti ini. semalam ini.

“Kalau begitu masuklah! Russel pasti akan senang memiliki Mommy dan Daddy-nya dengan lengkap malam ini…” sahut Donghae sambil tersenyum pada Soeun. Gadis itu langsung mengangkat wajahnya setelah sahutan Donghae. Ia kemudian membalas senyuman Donghae.

*

Donghae terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara-suara di dapur. Dengan berat pemuda bermarga Lee itu membuka matanya. Langsung duduk dan melihat bingung kearah dapur.

“Oiya, aku baru ingat…” Ia bergumam sambil bangun dari sofa. Berjalan kearah dapur.

Soeun langsung mengalihkan perhatiannya kearah pintu ketika mendengar seseorang mendekat. Ia tersenyum melihat Donghae disana.

“Kau sudah bangun? Selamat pagi…” sapanya ringan sambil melanjutkan pekerjaannya mengiris bawang.

“Selamat pagi. Apa tidurmu nyenyak?” tanya Donghae sambil berjalan kearah kulkas. Seperti biasa, ia mengambil sekotak susu darisana.

“Begitulah. Semalam aku begitu lelah dan kedinginan hingga aku tertidur dengan nyenyak. Tempat tidurmu juga nyaman, hehe..kau pasti yang merasa tidak nyaman karena harus tidur disofa karena kedatanganku…”

“Aku laki-laki itu bukan hal yang berat…” sahut Donghae ringan. Ia meminum susu yang telah dituangnya dari sebuah gelas. “Semalam apa Russel terbangun?” tanya Donghae setelah itu.

“Dia terbangun sekali ketika popoknya basah…”

“Wow, kau menggantinya sendiri. Kufikir kau tetap bersikeras tak ingin melakukannya…” tanya Donghae terkekeh.

“Mau bagaimana lagi. Membangunkanmu aku juga tak enak…” sahut Soeun pelan sedikit menyembunyikan wajahnya. Tampak sedikit memerah karena malu yang berhasil membuat Donghae kembali terkekeh melihatnya.

“Kau terlalu jujur…”

Mereka terdiam setelah itu. asyik dengan fikiran dan pekerjaan mereka masing-masing. Donghae menghela nafas, mengangkat wajahnya dan melirik Soeun yang tampak sudah selesai mengiris bawang. Suasana agak canggung karena pada nyatanya kedua orang itu masih sering dihinggapi kecanggungan ketika kehabisan bahan pembicaraan.

“Hum..mengenai semalam… apa kau sudah baik-baik saja?”

Soeun kembali mengalihkan perhatiannya ketika mendengar pertanyaan Donghae. Ia sedikit tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan.

“Y-ya..sudah. Terima kasih karena telah meminjamkanku baju serta tempat untuk menginap…”

“Baguslah. Yya, walau bajunya kebesaran dan tempat tidurnya tidak terlalu nyaman tapi bagus kalau kau sudah merasa baik-baik saja. Jangan terlalu sering seperti semalam, Russel bisa sedih melihat Mommy-nya datang dalam keadaan tidak baik seperti semalam…”

“Aku mengerti. Terima kasih atas saranmu…”

“Hum..”

Soeun berbalik dan pura-pura sibuk dengan pekerjaannya. Ia menghembuskan nafasnya beberapa kali ketika merasakan bahwa jantungnya sedikit berdebar. Tak tahu kenapa belakangan ini berdekatan dengan Donghae membuat jantungnya langsung bereaksi seperti ini. Apalagi sejak semalam, rasanya hatinya merasa hangat sekaligus gelisah menyadari setiap cara Donghae menatapnya serta mengatakan sesuatu padanya. semua itu benar-benar membingungkan.

“Aku melihat Russel dulu. Aneh sekali jam segini ia belum bangun….” Ucap Donghae sambil bangkit dari tempat duduknya. Langkahnya kemudian terdengar menjauhi dapur. Membuat Soeun akhirnya bisa bernafas lebih leluasa.

*

Klek!

“Oh…”

Donghae mendesah sambil bersandar di pintu kamarnya. Ia kemudian menyentuh dadanya. Merasakan gejolak jantungnya yang berjalan tak seperti biasanya.

“Aku pasti sudah gila…” gumamnya sambil memejamkan matanya. Tangannya masih bertengger di dadanya yang bidang.

“Daddy!”

Donghae membuka matanya. Pandangannya segera beralih kearah Box bayi yang terletak disudut kamar dimana bayi Rusia itu sudah duduk disana. Menatapnya dengan mata kecilnya yang bulat dan berwarna cokelat.

“Kau sudah bangun?” tanya Donghae sambil mendekati Box bayi itu. senyuman kembali terlihat diwajahnya melihat wajah riang yang ditunjukkan Russel. “Tumben sekali pagi ini bangun tanpa menangis. Biasanya kau sudah menyanyi pagi-pagi begini…”

Russel terlihat begitu senang ketika tangan Donghae meraihnya. Ia kembali menggesekkan wajahnya kebahu Donghae setelah pemuda itu menggendongnya. Terlihat begitu senang.

“Jangan bilang kau senang begini karena semalam kau ditemani Mommy-mu…”

Bayi itu tertawa lebar. Menunjukkan mulutnya yang baru akan ditumbuhi oleh gigi susunya. Membuat Donghae terkekeh dan mengusap rambutnya dengan sayang.

“Ternyata memang karena Mommy-mu. Kau cukup pintar sekaligus cerdik…”

“Baiklah, ayo kita mandi. Kau mau bertemu Mommy bukan?”

“Mom-my?”

“Ne..” Donghae kembali tertawa melihat bayi itu lebih excited setelah mengucapkan kata Mommy. Donghae mencubit pipinya dengan ringan. “Ayo kita mandi Russel Lee!…”

*

Soeun tersenyum setelah selesai menata meja makan. Ia tampak puas dengan hasil masakannya. Semuanya terlihat rapi, dan ia yakin hasilnya juga tidak buruk. Ternyata ada untungnya juga dulu ia sering melihat para Maidnya menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Sulli. Setidaknya ia bisa sedikit belajar dan hasilnya sudah sebaik ini.

Soeun mengalihkan perhatiannya kearah seluruh dapur. berniat mencari beberapa sapu tangan. Namun perhatiannya terhenti disebuah titik.

Soeun terdiam. Dengan ragu ia berjalan ketitik itu. Menatap dengan wajah sedikit penasaran.

“Lagi-lagi tulip putih? Kenapa ia membeli bunga ini setiap hari kalau akhirnya selalu berakhir di tong sampah?’ tanya Soeun bingung sambil terus menatap penasaran tempat sampah tersebut.

“Mommy…”

Donghae menggantung seruannya ketika melihat posisi Soeun. ia tampak ikut melirik tong sampah yang diperhatikan Soeun sebelum akhirnya mengangkat wajahnya untuk menatap Soeun.

“Kalian sudah siap?” seru Soeun sedikit kikuk karena merasa tertangkap basah. Ia kemudian mendekati Donghae dan Russel. Mengambil bayi itu dari Donghae ketika pemuda itu melepaskannya saat Soeun memintanya. “Ayo kita makan…” ajak Soeun sambil mengajak Russel berbicara.

Dan lagi, suasana terasa canggung lagi disaat itu. apalagi ketika Donghae mengalihkan perhatiannya pada Soeun dimana gadis itu tiba-tiba terlihat menghindari kontak mata darinya sambil terus mengajak bermain Russel.

*

“Arh!”

Donghae mengerang kesal sambil menarik secara paksa selebaran yan tertempel disebuah halte. Selebaran yang sama, selebaran dengan gambar Russel di dalamnya. Pemuda itu berdecak, menatap selebaran itu dengan ekspresi serius.

“Aku bahkan tak tahu bagaimana cara mengembalikanmu dengan cara yang aman. Tak hanya itu-“

“-Kurasa aku belum siap melepasmu pada orang tuamu…”

Donghae mengacak rambutnya sambil membuang nafas secara kasar. Pandangannya kemudian beralih pada buklet bunga tulip putih yang terletak diatas motornya. Ia mendesah dan meraih benda tersebut, menatapnya dengan ekspresi yang sama.

“Dan kesalahanku selalu sama. Aku tak bisa melepas seseorang yang singgah dalam hidupku begitu saja!”

Memejamkan matanya dengan erat.

“Dan itu tetap disebut sebuah kesalahan!”

*

“Mommy…”

Bayi mungil itu merengkuh tubuhnya sambil memegang bahu Soeun. Membuat gadis yang semenjak tadi melamun tersadar, segera memeluk bayi yang semenjak tadi ia diamkan karena terlalu larut dengan pemikirannya.

“Ada apa, hum? Kau lapar lagi?” tanya Soeun sambil mengusap rambut pirang milik Russel. Russel semakin memeluknya, menggesekkan kepalanya ke bahu Soeun dengan gelisah.

“Mommy…”

Soeun mulai menangkap ada yang salah dengan bayi itu. tangan Soeun turun dari rambut pirang milik Russel, menyentuh dahi bayi lucu tersebut.

“Badanmu cukup panas..” keluh Soeun mulai gelisah. Ia memeluk bayi itu semakin erat dan mengusap punggungnya untuk menenangkannya. “Ayo kita beristirahat di dalam sayang…”

*

Donghae segera berjalan ke kamarnya setelah mendengar penjelasan Soeun. Raut wajahnya yang khawatir perlahan berubah ketika melihat bayi kecil itu sedang terlelap diatas tempat tidurnya. Ada sebuah kain tipis yang terletak di dahinya.

“Aku sudah mengompresnya dan sekarang ia sudah tidur. Jangan khawatir, sebenarnya ia hanya demam ringan kuharap ia akan pulih secepatnya…” ucap Soeun sambil menyusul Donghae ke kamar. Ia memperbaiki letak selimut Russel, membuat bayi itu terlihat lebih nyaman.

“Bukankah kita seharusnya membawanya ke dokter?” tanya Donghae sambil menyentuh lembut leher anak itu. mengukur suhu tubuhnya, ia terlihat cukup lega menyadari suhu tubuh Russel tak seburuk fikirannya.

“Kukira tak perlu, kau lihat bukan?Ia hanya demam ringan. Lagipula kita tetap tak bisa membawanya keluar, kau lupa?”

“Ne, maaf. Aku hanya terlalu panik. Kau benar, demamnya hanya demam ringan…”

“Sekarang lebih baik kita keluar. Biarkan Russel istirahat dengan tenang…”

Donghae mengangguki ucapan Soeun. keduanya kemudian keluar dari kamar tersebut.

*

“Kufikir kau akan pulang larut malam seperti biasanya. Kenapa hari ini kau pulang lebih awal?” tanya Soeun sambil duduk di sofa. Sementara Donghae berjalan ke arah dapur untuk mencari minuman.

“Hum..entahlah, sepertinya karena aku punya firasat sesuatu akan terjadi pada Russel. Itu sebabnya aku segera pulang…” sahut Donghae sambil berjalan dari dapur. Ia bergabung duduk dengan Soeun di sofa.

“Kalian sudah seperti ayah dan anak sungguhan..” tanggap Soeun pendek sambil mengalihkan perhatiannya kearah jendela. Menatap sore yang sudah beranjak dekat menjadi malam. Donghae ikut menoleh kesana.

“Ini sudah hampir malam, juga kulihat tadi langit kembali mendung. Ku fikir kau harus secepatnya pulang kalau tak mau terjebak hujan seperti tempo hari…” usul Donghae.

“Tsk, aku rasa aku tak bisa tenang kalau pulang. Hum..maksudku, Russel. Aku tak tenang meninggalkannya dalam keadaan seperti itu…”

“Kau mau menginap lagi?” tanya Donghae agak tersenyum. Soeun tergagap.

“Eung, maksudnya juga-“

“Russel pasti akan cepat pulih kalau begitu…” potong Donghae cepat sambil meminum air putih ditangannya. “Kau tadi bilang kalau naluri Russel dan aku sudah seperti ayah dan anak sungguhan. Sebenarnya tanpa kau sadari kau dan Russel juga begitu. Russel begitu senang ketika melihatmu setiap pagi bahkan malam bersamanya. Sesuatu yang kuyakin akan membuatnya pulih besok pagi…”

“Benarkah?boleh?” tanya Soeun ragu.

“Tentu, aku bisa tidur di sofa seperti waktu itu. tinggal ijin dari pihakmu saja..”

“Maksudmu?”

Donghae kembali tersenyum melihat ekspresi wajah bingung Soeun. “Tentu bagaimana dengan keluargamu dan..orang yang memberikan cincin waktu itu padamu…”

“Oh..” tanggap Soeun pelan. “Kalau orang tuaku kufikir mereka tak akan tahu kalau aku tak pulang karena mereka terlalu sibuk. Adik perempuanku kuyakin tak juga memikirkannya karena ia juga sering menginap ditempat teman wanita. Sementara… kekasihku? Huh..kufikir ia tak akan perduli…” jawab Soeun dengan senyuman miris.

“Kenapa begitu?” tanya Donghae begitu saja. Membuat Donghae menyesal di detik kemudian. “H-Hum aku tidak bermaksud mencampuri urusanm-“

“Hubungan kami hanya menunggu satu kata saja yaitu berakhir. Kata yang seharusnya kuucapkan semenjak dulu padanya. namun entah kenapa sampai sekarang tertahan diujung lidahku dan tak pernah bisa aku sampaikan hingga sekarang…”

“Apa masalahnya?”

“Kufikir bukan hal yang sulit untuk ditebak…”

“Hum..selingkuh?” tebak Donghae. Soeun tersenyum miris, lalu mengangguk pelan.

“Ya, dengan teman baikku…”

Suasana kembali diam. Keduanya larut dalam fikiran masing-masing untuk beberapa detik sebelum Donghae meraih sesuatu dari atas meja. Lalu menunjukkan pada Soeun.

“Kau lihat ini?” tanya Donghae sambil memegang buklet tulip putih ditangannya. “Ini adalah salah satu akibat dari sebuah pengkhianatan..”

“Sebenarnya aku memang penasaran tentang ini. Apa yang terjadi?” tanya Soeun sambil mengambil bunga itu dari tangan Donghae.

“Kesalahan…” sahut Donghae pendek. “Kau tahu siapa gadis yang terus kudatangi setiap malam ini? seseorang yang terus kubelikan bunga walau kutahu ia tak akan mau menerimanya. Seseorang yang juga membuatku datang ke Seoul…”

“Kenapa ia tak menerimanya? Apa kau pernah berbuat salah padanya?”

“Ya, kesalahan yang fatal..” Donghae menggigit bibir bawahnya. Berusaha mengingat sesuatu dalam fikirannya. “Dulu, waktu aku masih berada di Mokpo dan bersekolah disana. Aku mempunyai seorang pacar yang begitu mengerti tentang diriku. Dia selalu berada disisiku ketika aku terpuruk sekalipun. Semuanya begitu indah sampai aku melakukan sebuah kesalahan yang kusesali sampai saat ini..”

“Ini sudah kutebak, kau pasti selingkuh?”

“Begitulah..” Donghae menyahut dengan lesu. “Ada seorang anak baru yang tiba-tiba datang diantara kami. Dia memecah belah kami, tanpa aku sadari itu. Membuat aku berpihak padanya dan meninggalkan pacarku begitu saja. Hingga aku baru tersadar ketika suatu hari ia tak kutemukan dimana-mana…”

“Setelah kucari tahu ternyata ia kembali ke Seoul, tempat asalnya. Oleh sebab itu aku datang kemari sekaligus menyelesaikan study-ku. Aku berusaha untuk memperbaiki semuanya, walau kutahu.. sulit rasanya kaca yang pecah dapat kembali utuh seperti dulu…”

“Asal kau tahu.. dikhianati itu sakit. aku tak heran kenapa ia menutup rapat hatinya untukmu…”

“Aku faham hal itu..” Donghae kembali bergumam pelan. “Awalnya aku berfikir dengan terus berusaha lama kelamaan hatinya bisa tersentuh kembali. Tapi semakin kesini ku kira aku sudah saatnya menyelesaikan ini. karena mungkin yang kulakukan mungkin hanya akan membuatnya semakin membenciku, bukan begitu?”

“Kau bisa mencari hati yang lainnya dan melupakan kisah cinta menyakitkan ini. Tapi.. sebaiknya jangan pernah lakukan kesalahan yang sama untuk kedua kali…”

“Tentu, aku tidak akan jatuh ke lubang yang sama…” sahut Donghae pelan. Ia kemudian beralih kepada Soeun. “Menurutku.. kau harus menyelesaikan masalahmu dengan kekasihmu. Kau harus memutuskan, kau ingin memperbaiki semuanya dan memintanya menghentikan pengkhianatannya atau kau tinggalkan dia…” kata Donghae mulai memberikan saran untuk Soeun. Soeun tampak memikirkannya.

“Kukira begitu-”

“-Aku harus mulai memikirkan semuanya lebih matang dan memutuskan yang terbaik…”

“Semangat kalau begitu..” ucap Donghae sambil tersenyum sambil menunjukkan kepalan tangannya kepada Soeun.

Kedua orang itu akhirnya kembali membagi senyuman..

*

“Demammu sudah turun…”

Soeun bergumam pelan sambil melepas kompresan Russel. Gadis manis itu kemudian tersenyum sambil mengusap rambut pirang Russel. Membuat Baby itu lebih tenang dan tidur dengan lebih nyaman.

!

Soeun kaget. Ia mengalihkan perhatiannya kesekitarnya dengan cukup panik dan ketakutan. Semuanya gelap.

“Mati lampu?” tanya Soeun sambil bangkit dari tempat tidur dan berjalan mencari penerangan.

*

“Arh! Kenapa harus mati disaat seperti ini..”

Terdengar omelan Donghae dari ruang kamar mandi yang gelap. Pemuda Lee itu kemudian sedikit bergerak dengan meraba-raba untuk menemukan sesuatu.

“Donghae! Donghae-ah! Kau dimana? Lampunya mati..”

Donghae mengalihkan perhatiannya ketika mendengar seruan Soeun dari arah dapur.

“Donghae! Dimana pelitanya? Ini gelap sekali. Nanti Russel terbangun dan ia panik!” ulang gadis itu.

“Iya! Tunggu disana!”

*

“DONGHAE! CEPAT!!”

Soeun berteriak semakin keras ketika ia sampai di dapur setelah mengandalkan perabaannya. Suasana dapur masih juga gelap, tanpa cahaya sementara Donghae belum juga datang dan membantunya mendapatkan pelita.

“DONGHAE—“

“Iya, iya tunggu. Russel bisa bangun kalau ka uterus berteriak seperti itu!”

“Oleh sebab itu cepat! aku takut gelap!”

“Iya! Aku datang!”

Soeun menggigit bibir bawahnya dan menunggu Donghae dengan gelisah. Ia menundukkan wajahnya, takut untuk terus melihat sekitarnya. Ia takut melihat sesuatu yang akan membuatnya ketakutan.

“Cepatlah datang..” bisik Soeun pelan sambil terus menundukkan wajahnya.

“SOEUN!”

“Arh! DONGHAE!”

Terdengar kekehan dari Donghae setelah mendengar pekikan Soeun. Dorongan Soeun dibahunya langsung terasa setelah itu.

“Haha, kau sudah dewasa tapi masih juga takut gelap. Aku yakin Russel lebih berani daripada dirimu..” ledek Donghae sambil masih terus tertawa. Soeun kembali mendorong bahunya.

“Jangan mengagetkanku ketika gelap begini. Cepat ambil pelitanya!!”

“Hehe, tunggu. Tapi kau tahu sesuatu Soeun?” tanya Donghae dengan suara yang didramatisir. “Kudengar dulu gedung apartement ini dibangun diatas bekas kompleks pemakaman bekas tentara pada zaman penjajahan. Setiap malam.. selalu ada yang melihat penampakan tepat ditengah malam. Mereka bilang—“

“DONGHAE! SHIREO!!”

“Kkk. Kau ini..” Donghae kembali terkekeh sambil mulai meraih salah satu lemari di dapur tempat ia menyimpan lampu digital yang biasa ia gunakan kalau keadaannya seperti ini. Ketika ia mendapatkan pintu lemarinya, tiba-tiba…

Brak!

“YAH DONGHAE!!”

Donghae tersentak ketika merasakan ada tangan yang melingkari pinggangnya. Pemuda itu membeku seketika, sementara Soeun semakin memeluknya erat. Menuntut ketentraman.

“S-Soeun?” Panggil Donghae pelan. Seketika ia merasakan perubahan ritme di jantungnya.

“Hm. Aku tahu kau keadaanmu saat ini tapi aku tak akan melepasmu. Aku benar-benar takut gelap…”

“Kau tahu bahwa aku tak memakai baju?”

“HUH?!” Soeun reflek melepas pelukannya. “Donghae kau seorang maniak?!” tanyanya panik.

“Tsk, kau selalu menuduhku. Kau tahukan tadi aku sedang mandi dan tiba-tiba lampunya mati. Selanjutnya kau terus memanggilku dengan tidak sabar. Akhirnya aku memilih keluar kamar mandi hanya dengan sebuah handuk. Jangan pangggil aku maniak!” Seru Donghae kesal dan tak terima.

“Iya maaf, habis aku benar-benar takut gelap. Makanya jangan menakutiku..”

“Iya, maaf juga kalau begitu. Kau tahukan aku hanya bercanda. Sekarang ambil pelitanya di lemari itu, aku akan ke kamar untuk berpakai—“

“Kau akan meninggalkanku?”

“Astaga Soeun, aku hanya ke kamar sebentar. Aku menanggulangi resiko kau akan berteriak ketika lampunya menyala dan kau melihat keadaanku sekarang. Nanti kau memanggilku maniak lagi..”

“Tsk, aku bilang aku salah bicara. Jangan ambil hati. Lagipula ini salahmu karena cerita bodohmu tadi, kau tahu? aku bahkan gemetaran..”

“Haha, kau tahu? hantunya akan marah mendengar kau menyebut cerita itu cerita bodoh—“

“Donghae~” rengek Soeun sambil meraih tangan Donghae kini. Donghae dapat merasakan getaran tangan Soeun ditangannya.

“Hey, kau lupa maniakmu belum pakai baju? Kau berani memegang tanganku?”

“Issh, terserah. Aku benar-benar ketakutan dengan kegelapan..”

“Kau lebih takut kegelapan daripada seorang maniak?”

“Ah, itu—“

Soeun langsung kaget ketika merasakan tangan Donghae yang digenggamnya malah balik menariknya. Membawa Soeun kedalam pelukannya, bersentuhan kembali dengan kulit tubuhnya.

“Sekarang bagaimana? Kau masih takut kegelapan. Atau.. kau lebih takut dengan seorang maniak?” tanya Donghae dengan nada berbisik.

“M-Maniak…”

“Ne, tapi aku bukan seorang maniak. Aku hanya seorang… laki-laki. Kau tahu itu bukan?”

“A-Arayo..”

“Tapi pernahkah kau selama ini menganggapku sebagai seorang laki-laki? Bukan hanya sebagai partner-mu dalam merawat Russel. Tapi seorang laki-laki…”

“Laki-laki..” ulang Donghae.

“Donghae…” gumam Soeun masih merasa tak nyaman dengan posisi mereka. Namun Donghae semakin mempererat pelukannya.

“Hanya kali ini lalu aku tak akan bertanya lagi. Apakah perasaan berdebar yang selalu kurasakan setiap kita bersama ini memang hanya aku sendiri yang merasakannya? Perasaan senang ketika setiap hari kita selalu bertemu bersama Russel? Apa kau tak merasakan hal yang sama? Apa memang hanya aku sendiri yang merasakannya?”

“Donghae…”

“Kekasihmu melupakanmu dalam beberapa kesempatan. Gadis yang kusukai juga selalu mengacuhkanku. Bisakah kita mengabaikan mereka untuk kali ini, hanya untuk saling jujur dan mencari jawaban untuk diri kita sendiri..”

“Jawab aku.. pernahkah kau merasakan apa yang kurasakan tadi ketika kita bersama. Ketika kita sedekat ini?”

Hening…

“Kalau begitu biarkan aku menjadi maniak untuk kali ini. Aku membutuhkan jawabanku..”

Soeun sedikit bergidik merasakan nafas Donghae disekitar lehernya setelah itu. Donghae sedang berusaha mengganggunya, membuat ia benar-benar merasa begitu gelisah bahkan melupakan kegelapan malam begitu saja.

“N-Ne. aku merasakannya…”

Donghae menghentikan gangguannya setelah mendengar suara Soeun. Ia menjauhkan hidung dan wajahnya dari leher Soeun.

“Benarkah?”

“Hm, aku juga merasakannya…”

“Itu hebat..” Donghae menyahut ringan. Mulai melepaskan Soeun. “Russel benar-benar berhasil menjadi Cupid. Walau ia menembak orang yang salah…”

“Salah?”

“Kau sudah punya kekasih…”

“Bahkan walau ia sudah berselingkuh?”

“Maksudmu?”

“Untuk apa kau bertanya tadi kalau kau menghentikannya dengan kata-kata seperti itu?” tanya Soeun. “Kau seperti takut menerima kenyataan…”

“Bukannya takut, hanya saja—“

“Kau bilang lupakan mereka untuk sejenak…”

“Lalu seharusnya mengakhiri seperti apa? Seperti ini?” tangan Donghae kembali meraih Soeun untuk dekat dengannya. dahi dan hidung mereka saling bersentuhan. Begitupun nafas mereka yang saling menyentuh kulit lawan bicaranya. “Seperti seorang maniak?”

“Ne. Sepasang maniak…”

Donghae mempererat pelukan dipinggang Soeun ketika merasakan bibir Soeun menyentuh bibirnya. Sementara satu tangannya yang lain diam-diam memegang ujung handuknya. Ia tak mau kejadian konyol merusak moment antara keduanya.

Dan dibalik kegelapan itu, dua orang ‘maniak’ saling berpagutan untuk saling melepas hasrat yang tertahan selama ini.

*

“Aku pulang!”

Terdengar seruan Soeun pagi-pagi sekali di rumah keluarga Kim. Anak sulung dari keluarga mereka itupun tampak memasuki rumah. Di ruang tengah ia bertemu dengan ayahnya yang tampak sedang membaca surat khabar.

“Ayah!” sapa Soeun setelah tuan Kim melihatnya. Tuan Kim melipat kembali surat khabarnya.

“Kau menginap dirumah teman lagi..”

“Ya, teman kuliah..” ucapnya sedikit ragu. “Ayah sedang apa?”

“Aku hanya membaca majalah sebelum berangkat ke kantor. Ibumu berdandan lama sekali…”

“Oh..” sahut Soeun sambil menganggukkan kepalanya. Pandangannya beralih menuju surat khabar yang terletak diatas meja. Hingga ketika ia melihat sesuatu yang menarik perhatiannya ia meraih surat khabar itu. “Ini?”

“Apa itu?” tanya tuan Kim sambil ikut melirik kertas tersebut. “Oh, berita yang belum juga selesai hampir tiga minggu itu. Duta Rusia yang kehilangan bayinya. Entah dimana bayi itu berada…”

Soeun tak mengatakan apapun sambil melihat foto Russel yang terpajang disana…

“Semuanya sudah berusaha dilacak, namun tetap saja anak itu belum ditemukan. Penculiknya benar-benar ahli..”

“Darimana ayah tahu begitu detail?” tanya Soeun. Tuan Kim terkekeh.

“Duta Rusia itu adalah teman ayah. Sebenarnya selama ini ayah cukup berperan penting dalam usaha menemukannya…”

“Benarkah?” tanya Soeun tertarik. Tuan Kim mengangguk.

“Ya, memang kenapa?”

“Oh, T-Tidak. Menurutku itu cukup menarik, selama ini bukannya ayah selalu dipusingkan dengan bisnis. Aku tak menyangka ayah akan melibatkan diri dengan ini semua…”

“Kau sedang meledek ayahmu?”

Soeun hanya tersenyum kecil sebagai jawabannya sementara fikirannya beralih ke topic lain.

*

Kelas Soeun hari ini baru saja selesai. Gadis itu tampak sudah berjalan keluar dan berniat menuju parkiran. Ia ingin segera bertemu Russel dan… Donghae. Soeun tersenyum kecil ketika mengingat nama Donghae, moment semalam kembali teringat dalam fikirannya. Membuat wajahnya memerah, bahkan tubuhnya menjadi panas dingin.

‘Apa aku jatuh cinta lagi?’

Soeun menghentikan langkahnya di tengah jalan ketika ia menemukan sosok Siwon sedang berkumpul bersama teman-temannya. Soeun menghela nafas, sejenak ia ingat pembicaraannya dengan Donghae. Membuta ia terdiam dan berfikir.

“Apa aku harus?” gumamnya pelan. Soeun memegangi tengkuknya.

“Kim So Eun!”

Lamunan Soeun buyar ketika Siwon memanggilnya. Siwon juga tampak menghampirinya.

“Soeun-ah, kelasmu sudah selesai?” tanya Siwon. Soeun tersenyum kaku.

“Begitulah, kau ada kelas?”

“Kelasku juga baru saja selesai…”

“Oh, eung bagaimana kalau-“

Drrt…

Ponsel Siwon berbunyi. Membuat pembicaraan mereka terhenti sesaat ketika Siwon sibuk dengan ponselnya. Sementara Soeun hanya terdiam sambil menunggu.

“Soeun, kufikir aku harus segera pergi sekarang..” kata Siwon setelah selesai dengan ponselnya. Ia menatap Soeun lagi. “Apa tidak apa-apa?”

“Aku kira eung, Siwon-ah, apa itu terlalu penting. Apakah kau tak punya waktu untukku? Sekarang? Aku ingin menyampaikan sesuatu yang penting padamu…” ucap Soeun.

“Mengenai apa?” tanya Siwon.

“Sesuatu yang penting…” sahut Soeun lebih memberanikan diri. “Tentang hubungan kita..”

“Huh?”

“Apa kau tak bisa meluangkan waktu sebentar?”

Siwon menatap Soeun lebih lama, tampak berfikir, sebelum akhirnya mengangguk.

“Baiklah..”

*

“Aku benar-benar menciumnya?

Donghae tersenyum sendiri sambil mengingat kejadian semalam. Berulang kali ia menyentuh bibirnya, lalu lagi-lagi tertawa.

“Aku bahkan masih bisa mabuk tanpa minum. luar biasa! Sepertinya aku sedikit gila…”

“Soeun sepertinya benar kalau aku seorang maniak. Oh, apa yang ku katakan…”

Donghae terkekeh sambil menepis fikirannya. Pemuda itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Tapi kemudian kembali terdiam, kembali berfikir.

“Mungkin tidak aku menyukainya?”

“Hiks.. Hiks…”

Donghae sedikit tersentak ketika mendengar isakan Russel. Ia segera bangkit dari sofa dan memasuki kamarnya terburu-buru.

“Hiks.. Hiks..”

“Russel..” panggil Donghae sambil berbisik. Ayah ‘pura-pura’ Russel itu mendekati ‘anaknya’. Melihat keadaan sang baby yang ternyata masih tertidur. “Menangis sambil tertidur?” tanya Donghae bingung.

Donghae sedikit bergerak dan mengulurkan tangannya, menyentuh dahi Russel.

“Panas..” gumamnya sedikit kaget. Ia menjauhkan tangannya. “Tadi pagi sudah normal. Sekarang panas lagi. Apa yang harus kulakukan?”

Donghae tampak terdiam mencoba berfikir dan mencari solusi untuk beberapa saat…

“Apa aku harus meninggalkannya sejenak dan turun kebawah membelikannya obat? Ini masih cukup lama sampai Soeun datang, aku tak bisa hanya menunggu dan membiarkan Russel seperti ini…”

“Tapi bagaimana kalau Russel bangun tiba-tiba dan menyadari tak ada orang disekitarnya?”

“Aku akan berusaha cepat, semoga Russel tidak terbangun sampai aku kembali..” putus Donghae sambil bangkit dan menarik jaket dan kunci motornya. Donghae segera meninggalkan tempat itu setelah yakin itu terkunci dengan aman.

*

“Terima kasih..”

Donghae langsung keluar dari toko obat itu setelah ia membayar. Untunglah toko obat itu terletak dekat dengan apartement miliknya, sehingga ia bisa kembali lebih cepat.

Donghae segera menuju motornya dan berniat untuk segera kembali. Namun ketika ia hendak menaikinya tiba-tiba ia menghentikan gerakannya. Ia menatap toko bunga yang terletak disebrang jalan, toko bunga itu adalah toko bunga yang sering digunakannya untuk membeli bunga yang akan diberikannya untuk Tiffany.

Tanpa fikir panjang, Donghae mendekati toko tersebut…

 

“Ini pesanan bunga anda, tuan..” ucap wanita itu sambil menyerahkan pesanan Donghae. Donghae menerimanya. “Kali ini bukan lagi Tulip putih, tapi tulip Peach. Pasti sudah terjadi sebuah moment besar dalam hubungan kalian…”

Donghae hanya tersenyum kecil menyahutinya.

“Anda mengetahui arti Tulip Peach?” tanya Donghae sambil menyerahkan uangnya. Wanita itu tersenyum sambil menerimanya.

“Tulip berarti ungkapan cinta, sementara Peach melambangkan penghargaan. Jadi tulip Peach berarti penghargaan yang begitu besar untuk cinta..”

“Benar, juga rasa terima kasih..” ucap Donghae kembali tersenyum. Wanita itu tersenyum dan mengangguk.

“Orang yang anda cintai pasti adalah orang yang beruntung…” kata wanita itu lagi. Donghae kembali mengangguk dan tersenyum.

“Aku harap begitu. Kali ini… begitu…”

Kedua orang itu tampak kembali tersenyum sebelum mengucapkan selamat tinggal dan berpisah. Ketika Donghae baru saja keluar dari toko itu tiba-tiba langkahnya kembali berhenti ketika bertemu seseorang yang memasuki toko. Mereka saling bertatapan kaget.

“Tiffany?”

“Kau?”

*

“Aku sudah mengetahui hubunganmu dengan Tiffany..”

“Huh?”

“Aku bilang aku sudah mengetahuinya..” Soeun menyahut pelan sambil tersenyum, membalas wajah kaget Siwon.

“Soeun—“

“Aku baik-baik saja…”

“Oleh sebab itu, menurutku kita harus membuat keputusan besar dengan hubungan kita..”

“Kita tak bisa terus melanjutkan kalau nyatanya kita tak lagi sepaham..”

“Choi Siwon, mari kita kembali berteman seperti dulu lagi…”

 

Soeun menggelengkan kepalanya ketika perbincangannya dengan Siwon tadi terfikirkan kembali olehnya. Gadis yang sedang menyetir itu kembali berusaha memfokuskan pandangannya ke jalan. Namun lagi-lagi hal itu kembali menganggunya. Membuat ia mendesah berkali-kali.

Srrt!

Ia reflek menghentikan mobilnya secara mendadak ketika melihat sesuatu. Wajahnya terlihat begitu kaget melihat apa yang dilihatnya disalah satu sisi jalan tak jauh dari tempatnya sekarang.

TEET!!

Lamunan Soeun lagi-lagi buyar. Ia tampak sedikit panik, sedikit kalut, sebelum akhirnya melanjutkan jalan kendaraannya.

*

Klik!!

“HIKS… MOMMY! DADDY!!.. HIKS!!”

Suara tangisan Russel langsung terdengar ketika Soeun baru saja memasuki apartement. Dengan cepat ia lebih memasuki tempat itu langsung menuju kamar Donghae.

“HIKS.. DADDY… MOMMY… HIKS.. HIKS..”

Klek!

“Astaga, Russel!”

Soeun langsung menghampiri tempat tidur dan mengangkat Russel ke pangkuannya. Nyaris, benar-benar nyaris.. apa yang ada dalam fikiran Donghae meninggalkan anak itu sendiri diatas tempat tidurnya. Untung saja Soeun datang disaat yang tepat, kalau tidak mungkin beberapa detik kemudian Russel akan terjatuh dari tempat tidur itu dan terluka.

“HIKS.. MOMMY!!”

“Bahkan badanmu panas begini. Kenapa ia meninggalkanmu begitu saja demi bertemu dengan wanita yang ia suka…” ucap Soeun tanpa sadar langsung ikut menangis begitu saja. Soeun menghapus air matanya, lalu menyentuh belakang kepala Russel dan mengusapnya. “Tenang, Mommy disini…”

“HIKS.. MOMMY!!”

Soeun menggigit bibir bawahnya sambil mencium pipi Russel yang benar-benar panas. Matanya tampak liar mencari sesuatu, hingga ketika ia menemukan mantel Russel ia menghentikan pencariannya. Ia kembali menghapuas air mata Russel.

“Ayo Russel, kita pergi darisini. Mommy akan membawamu kembali pada orang tuamu, hum?” ucap Soeun sambil menghapus air matanya. Ia kemudian mengambil Mantel itu dan memakaikannya pada Russel yang masih menangis dengan keras.

*

Donghae dengan cepat mendorong pintu apartementnya ketika menyadari pintu apartement itu terbuka. Fikirannya bertambah panik ketika mendengar Russel menangis dengan keras.

“Russel?”

Soeun keluar bersama Russel ketika Donghae hendak memasuki kamarnya. Keduanya tampak kaget melihat satu sama lain.

“Soeun? Mengapa Russe- Kau mau membawanya kemana?”

“Aku akan membawanya pada orang tuanya?” jawab Soeun sambil melewati Donghae. Donghae tampak kaget dan menoleh kebelakang.

“Membawanya kepada orang tuanya? Mengapa begitu mendadak dan tanpa memberitahukannya padaku?”

“Bukankah kau terlalu sibuk? Aku tak ingin membebanimu…”

“Soeun!” Donghae meraih salah satu tangan Soeun. “Ada apa? Kau berbeda…”

“Tidak ada apa-apa, hanya aku sadar kalau kita sudah menyembunyikan Russel terlalu lama. Kita harus segera mengembalikannya, dia sakit pasti karena merindukan orang tuanya..”

“Lalu kenapa kau marah padaku?”

“Menurutmu apa? Ketika aku datang ia menangis keras, hampir jatuh dari tempat tidur, dan badannya panas. Menurutmu apa? Dia tidak dalam keadaan sehat tapi kau meninggalkanya..”

“Aku membeli—“

“Dia ketakutan dan dia sedang sakit, sementara kau berada diluar dan menemui wanita yang kau sukai. Kau masih bertanya kenapa aku marah?”

“Aku tidak—“

“Aku tahu laki-laki sepertimu tidak bisa menjaga anak kecil. Oleh sebab itu aku akan menyelamatkan hidupmu dari beban ini. Aku akan membawa Russel kepada orang tuanya. Sekarang biarkan kami pergi..” ia berusaha melepaskan pegangan Donghae. Tapi Donghae mempertahankannya. “Aku bilang lepaskan aku!”

“Dengarkan aku dulu, kau salah faham disini..”

“Donghae—“

“Aku bilang dengarkan!”

“Aku bilang TIDAK!”

“SOEU—“

Donghae menghentikan kata-katanya. Ia menatap Russel yang masih menangis dalam pelukan Soeun. Ia menghela nafas, lalu kembali menatap Soeun. Tatapannya kembali melunak.

“Kau tidak bisa pergi dalam keadaan seperti ini. Diluar semua mata bisa saja mengenali Russel. Kau akan terkena masalah. Sekarang duduk dan kita bicarakan baik-baik, aku bisa jelaskan mengapa meninggalkan Russel…”

“Donghae—“

“Jangan salah faham seperti ini. Jangan emosi, huh? Lihat, bahkan Russel masih menangis. Dia akan ketakutan kalau kita bertengkar seperti ini, dia tak pernah suka kita bertengkar, kau lupa?”

Soeun menahan kata-katanya setelah ucapan Donghae. Ia melirik Russel yang memang masih menangis. Soeun mencium pipinya dan berusaha menenangkannya.

“Hiks… Mommy… Daddy…. Hiks.. hiks…”

“Biar aku yang menggendongny—“

Donghae lagi-lagi menghela nafas ketika Soeun melarang tangannya untuk menyentuh Russel. Ia kembali menatap Soeun, sementara Soeun mengalihkan perhatiannya dari Donghae.

“Aku tahu seharusnya aku tak meninggalkannya. Tapi aku tak punya pilihan lain. Soeun, percaya padaku, aku tak akan menyakitinya. Kau tahu itu bukan?”

“…”

“Soeun…” Donghae mencari sesuatu diatas meja. Ia kemudian kembali mendekati Soeun dan menunjukkan bungkusan itu. “Ini, sebenarnya aku keluar untuk ini. Kau bisa rasakan sendiri kalau suhu tubuh Russel begitu tinggi. Aku begitu cemas, sehingga aku memutuskan meninggalkannya… sebentar…untuk membeli ini. Aku tahu itu berbahaya, tapi aku benar-benar panik dan tak tahu harus melakukan apapun tadi sementara Russel terlihat kesakitan. Itu sebabnya aku meninggalkannya dan mencari obat untuknya…”

“…”

“Soeun?”

Donghae mulai sedikit tersenyum ketika Soeun tak menolaknya lagi ketika ia menyentuh Russel. Donghae kemudian menggendong Russel yang kali ini dibiarkan oleh Soeun. Donghae kembali menatap Soeun yang masih menunduk.

“Kita bicara lagi nanti. Sekarang kau tunggu disini, aku akan memberi obat ini pada Russel dan menidurkannya. Tetap disini..” ucap Donghae sebelum membawa Russel kembali masuk ke kamar. Sementara Soeun masih tinggal disana dan mulai mengangkat wajahnya.

*

Soeun masih duduk disalah satu sofa ketika Donghae keluar dari kamar setelah menidurkan Russel. Donghae lagi-lagi menghela nafas melihat ekspresi Soeun yang masih berbeda dari sebelumnya. Donghae kemudian memutuskan mendekatinya.

“Russel sudah tertidur akibat pengaruh obat. Semoga ketika ia bangun nanti panasnya sudah turun..” ucap Donghae sambil duduk di hadapan Soeun.

“…”

Donghae lagi-lagi menghela nafas. Lalu ia sedikit bergerak, meraih bunga Tulip berwarna Peach yang masih terletak diatas meja. Ia kemudian bergerak kehadapan Soeun, berlutut didepannya.

“Aku…” gumam Donghae sambil menatap Soeun. “Melihat toko bunga di depan toko obat tempat aku membeli obat untuk Russel. Aku mendekati tempat itu begitu saja, karena biasanya setiap hari aku memang datang ke toko bunga itu untuk membeli Tulip putih.. untuk Tiffany…”

Soeun melirik bunga itu.

“Tapi.. lihat tulip ini! Ini tidak putih, ini peach. Ini bukan untuk Tiffany-”

“-Ini untukmu…”

Donghae mendekatkan bunga itu pada Soeun, mengulurkannya.

“Kau tahu? Peach berarti ungkapan penghargaan atau terima kasih. Sementara bunga Tulip sendiri adalah… ungkapan tanda cinta….”

Soeun menatap padanya, balas menatap Donghae.

“Aku tahu.. ini begitu aneh. Padahal baru kemaren setiap sore aku masih meninggalkan apartement ini untuk membelikan bunga Tulip putih untuk Tiffany, sementara kau masih bersama Choi Siwon. Tapi tidak apa-apa, anggap ini ucapan terima kasihku karena kau telah mau mendampingiku menjaga Russel, menjadi ibu Russel, menjadi …‘istriku’…”

“Apa kau mau menerimanya?”

Soeun terdiam, matanya masih menatap bunga yang diulurkan Donghae. Air matanya jatuh kembali.

“Bagaimana dengan Tiffany? Kau masih menyukainya?”

Donghae sedikit kaget diberi pertanyaan seperti itu. Ia tampak menundukkan wajahnya, sebelum akhirnya kembali menatap Soeun.

“Y-Ya, tapi aku yakin perasaan itu akan menghilang bersama waktu. Aku sudah berniat melupakannya semenjak tadi malam aku berani memelukmu, aku berani menciummu. Dan tadi ketika aku bertemu dengannya, bersama dengan langkahku meninggalkan toko bunga itu, aku melupakannya…”

“Lalu bagaimana denganku? Bagaimana kau memelukku sementara aku milik Choi Siwon?”

“Oh..” Donghae tampak menganggukkan kepalanya dan melihat kearah bunga miliknya. “Jangan takut, aku akan melupakanmu setelah kau menerima bunga in—“

Ucapan Donghae terpotong karena Soeun mengambil bunga ditangannya. Soeun tersenyum padanya.

“Aku menerima ucapan cinta dan penghargaanmu. Tapi tidak untuk ucapan selamat tinggalmu…”

Donghae masih menatap Soeun kaget, tak mengerti.

“Aku dan Choi Siwon sudah berakhir siang ini, itu mengapa aku datang lebih cepat kesini. Aku ingin menemuimu sebelum kau berubah fikiran dan kembali pada Tiffany-“

“Kau tidak akan kembali pada Tiffany bukan?”

Donghae langsung memeluk Soeun setelah pertanyaan itu. Ia menggeleng. “Tidak, aku tidak akan kembali padanya asal kau tidak kembali pada Choi Siwon. Tidak, kau tidak boleh kembali atau melihat laki-laki lain, cukup hanya aku…”

Soeun membalas pelukan Donghae.

“Aku juga berharap kau begitu. Jangan pernah melihat wanita lain-“

“-Apalagi Tiffany”

“Aku janji…”

Soeun kembali menangis, tapi kali ini menangis karena bahagia. Ia semakin mempererat pelukannya pada Donghae ketika Donghae juga mempererat pelukannya dibahu Soeun.

*

Donghae memasuki kamar kembali setelah selesai mandi. Di dalam kamar dilihatnya Russel masih tertidur dengan nyenyak dengan Soeun yang berbaring disampingnya. Menatap wajahnya.

“Aku sudah berbicara dengan ayah. Ayah bilang ia akan membantu kita..” kata Soeun pelan sambil tak mengalihkan perhatiannya pada Russel. Donghae tampak mengangguk sambil bergerak untuk meletakkan handuknya kembali.

“Russel begitu tampan, bukankah begitu Donghae?” tanya Soeun dengan lirih. Donghae berbalik, menoleh kearahnya. “Malam ini.. adalah malam terakhir kita bisa melihat wajahnya…”

Donghae tersenyum halus, ia kemudian mendekat. Duduk ditepian tempat tidur yang lain.

“Ini cukup lucu bukan? Aku masih ingat ketika kita bertemu dengannya kita begitu berharap bisa menyingkirkannya secepatnya. Tapi sekarang, kita tak ingin melepasnya. Bahkan kalau saja tidak dilarang dan tidak menyakiti Russel, kita pasti akan benar-benar menculiknya dan membawanya lari…”

“Ne, kalau boleh egois aku ingin melakukan semua itu…”

Donghae lagi-lagi tersenyum sambil kali ini ikut berbaring. Dengan kini Russel berada diantara mereka. tangannya menggenggam lembut salah satu tangan mungil Russel, sementara Soeun menggenggam yang lainnya.

“Kedatangan Russel benar-benar seperti keajaiban bagi kita berdua. Dia membuat kita terjebak dalam permainan yang awalnya kita anggap gila. Membuat kita harus merasakan bagaimana rasanya menjadi ayah dan ibu dengan mendadak. Dia juga menyatukan kita, dia benar-benar seperti keajaiban…”

“Benar, hanya tiga minggu tapi ia merubah kita banyak…” ucap Soeun sambil bergerak dan mencium dahinya. “Mommy pasti akan merindukanmu…”

Donghae hanya tersenyum melihat moment itu.

*

Soeun dan Donghae duduk dengan sedikit gelisah diruangan yang besar itu. Sementara itu Russel yang berada dipelukan Soeun tampak begitu bersemangat dan ceria. Seakan ia tahu bahwa sebentar lagi ia akan bertemu ayah dan ibunya yang sebenarnya.

Tak lama, beberapa orang tampak datang memasuki ruangan itu. Soeun dan Donghae mulai lebih mempersiapkan diri sementara Russel terlihat semakin Hyperactive.

“Mommy… Daddy!”

Soeun agak kaget ketika Russel langsung berteriak ketika melihat orang tuanya. Pasangan suami istri yang baru datang itu juga langsung kaget mendengar suara Russel.

“Russel!” wanita itu berseru senang dan segera menghampiri Russel. Soeun langsung memberikan kepangkuan ibunya. Dua pasangan ibu dan anak itu tampak sama-sama senang melepaskan kerinduan mereka. “Russel… how mommy miss you…”

Soeun hanya terdiam sambil sedikit menunduk melihat moment didekannya. Sementara Donghae yang menatapnya mulai menangkap perbedaan Soeun segera menggenggam tangannya. Menenangkannya.

“Ibu Russel begitu merindukan Russel selama berminggu-minggu ini, dia sampai sakit. Saya begitu lega akhirnya Russel bisa kembali kerumah karena bantuan anda berdua..”

Donghae dan Soeun menoleh pada Tuan Williams ketika ia mulai berbicara dalam bahasa korea. Wajahnya juga terlihat senang.

“Oh, itu sebenarnya bukan hal yang besar. Itu memang sudah kewajiban kami berdua sebagai warga Negara yang baik. Tapi maaf karena anda dan keluarga menunggu terlalu lama…” jawab Donghae sambil terus menggenggam tangan Soeun. Soeun balas menggenggam tangannya.

“Kalian merawat Russel dengan begitu baik. Russel sudah bisa mengucapkan Mommy dan Daddy sekarang…” nyonya Williams ikut bersuara. Membuat Soeun dan Donghae saling menoleh.

“Oh, benarkah nyonya? Bahkan sejak pertama menemukan Russel ia sudah memanggil kami berdua Mommy dan Daddy…” sahut Donghae lagi. Pasangan asing itu kembali saling bertatapan dan saling tersenyum.

“Berarti kalian begitu beruntung karena menjadi dua orang pertama yang dipanggil Mommy dan Daddy. Lebih dahulu dari kami berdua…” sahut tuan Williams. Soeun dan Donghae lagi-lagi hanya bisa berbagi senyuman yang halus.

*

“Ahh, akhirnya selesai!” seru Donghae baru saja keluar dari rumah tuan Williams. Ia kemudian menoleh ke belakang, dimana Soeun masih berjalan dengan pelan. Donghae berbalik dan menghampirinya. “Apa lagi yang kau fikirkan, hum?” tanya Donghae sambil melingkarkan tangannya kebahu Soeun untuk memberikan kehangatan.

“Kau lihat tidak ketika kita akan pergi dan mengucapkan selamat tinggal?” tanya Soeun sambil menatap Donghae. “Dia terlihat sedih, dan tidak rela…”

“Tentu, matanya sedikit memerah…” jawab Donghae sambil memeluk Soeun. “Itu artinya ia juga sedikit tak rela berpisah dari kita, sama seperti yang kita rasakan saat ini. Tapi ingat, Russel memang sudah saatnya kembali kedalam kehidupannya sendiri….” Ucap Donghae sambil melepas Soeun.

“Ya, tapi tetap rasanya begitu hampa. Ada bagian hatiku yang begitu sakit, mungkin rasa ini tak jauh berbeda dengan waktu Nyonya Williams kehilangan Russel…”

“Ya, oleh sebab itu kita disini dan mengembalikan Russel pada Nyonya Williams…”

“Aku harap Russel tidak akan melupakan kita, ya Donghae?”

“Aku juga berharap begitu…” kata Donghae sambil terus tersenyum dan mengusap rambut Soeun. kembali berusaha menenangkannya. Pada akhirnya Soeun membalas senyumannya, mengisyaratkan kalau Soeun sudah mulai menerima kenyataan. “Baiklah, ayo kita pergi.. aku akan mengajakmu kesuatu tempat…” kata Donghae.

“Ah, sayang tadi kita tidak bisa membawa Russel dengan motorku. Padahal kencan itu paling enak naik motor…”

“Mengapa begitu?” tanya Soeun heran.

“Tentu saja, kalau dengan mobil setidaknya kita masih memiliki jarak tapi kalau naik motor jarak kita akan sangat tipis, bahkan tidak ada jarak sama sekali. Dengan begitu kau akan selalu memeluk pinggangku, dan disaat begini kalau kau ingin menangis, kau bisa menangis dipunggungku…”

“Kalau begitu ayo kembali ke apartementmu..” ucap Soeun sambil memeluk Donghae dari belakang. “Aku benar-benar sedang ingin menangis dipunggungmu. Ayo kita pergi kencan setelah menjemput motormu…”

Donghae menoleh kebelakang dan tersenyum.

“Baiklah, tapi janji kau tidak akan menangis diatas mobil ya? Kau boleh menangis setelah membonceng dibelakangku…”

“Aku janji…” kata Soeun sambil melepas pinggang Donghae. Donghae tersenyum dan menarik tangannya.

“Ayo pergi!”

*

“Mommy!! Daddy!!”

Bayi itu berpaling dari ibunya ketika menyadari Donghae dan Soeun akan pergi. Tangannya kembali terulur kepada keduanya, matanya juga berkaca-kaca, seakan tak relah membiarkan keduanya pergi. Tuan dan Nyonya Williams agak kaget dan mengusap rambutnya berusaha menenangkannya.

Donghae mulai tersadar, ia kembali mempererat genggamannya ditangan Soeun yang terpaku melihat reaksi Russel.

“Jangan membuat Russel sedih, hum…” bisik Donghae sambil mencium pipi Soeun. Soeun menutup matanya dan menganggukkan kepalanya. Sementara Donghae kembali menatap tuan dan nyonya Williams. “Kami benar-benar pamit, tuan nyonya. Selamat malam…”

“Sekali lagi terima kasih, dan Selamat malam…” sahut tuan Williams. Donghae segera membawa keluar Soeun setelah ucapan itu, sementara Soeun tampak masih menoleh kebelakang ketika Donghae menariknya. Melihat Russel yang terus menatap keduanya sambil mengulurkan tangannya.

“Mommy.. Daddy…”

Srtt!

Donghae menghentikan motornya setelah ia sampai ditempat yang ingin ditujunya. Ia menoleh kebelakang dimana Soeun masih juga menangis dibelakangnya sambil terus memeluk pinggangnya.

“Kita sudah sampai, waktu menangismu untuk sekarang sudah habis..” ucap Donghae sambil tersenyum. Soeun mulai melepas Donghae dan menghapus air matanya. “Yah, jaketku menjadi begitu banjir…” keluh Donghae sambil menyentuh bagian belakang jaketnya. Tak lama pandangannya kembali pada Soeun.

“Jangan menangis lagi..” ucap Donghae sambil membantu Soeun menghapus air matanya. Soeun hanya mengangguk pelan sambil berusaha menghentikan tangisnya. Pandangannya kemudian beralih kesekitarnya, mencari tahu tempat tujuan Donghae.

“Ini adalah toko bunga langgananku, aku akan membawamu kepada seseorang. Ayo ikut aku..” ucap Donghae sambil mengulurkan tangannya. Donghae membawa Soeun memasuki toko itu.

*

“Anyeong haseyo!!” Seru Donghae baru saja memasuki toko. Membuat seorang wanita setengah baya yang sedang melayani tamu menoleh, tampak langsung tersenyum.

“Oh, Anyeong haseyo. Masuklah, anak muda…”

Donghae tersenyum pada Soeun, lalu membawa Soeun yang masih bingung kedalam.

“Selamat sore nyonya…”

“Selamat sore anak muda…” sahutnya sambil tersenyum. ia kemudian melirik pada Soeun. “Akhirnya kau membawanya kemari?”

“Ya, bukankah anda bilang ingin bertemu sejak lama orang yang kusukai sejak lama? itu sebabnya aku membawanya…” ucap Donghae. “Soeun, ini orang yang kuceritakan padamu. Kenalkan dirimu…” katanya pada Soeun. Soeun menganggukkan kepalanya. Ia membungkukkan badannya.

“Anyeong haseyo nyonya, saya adalah Kim So Eun…”

“Aku adalah Kim Myung Hee, kau begitu cantik nona. Pantas Donghae menyukaimu…”

“Terima kasih…” ucap Soeun sambil tersenyum kecil.

“Aku ingin membeli sebuah bunga untuknya.. Tulip Merah..” ucap Donghae sambil tersenyum pada Donghae. Wanita itu tersenyum.

“Wah, kau mulai memilih Tulip dengan warna lain. Aku setuju, aku sudah cukup bosan melihatmu selalu memesan tulip putih. Tunggu sebentar..” ucap wanita itu sambil bergeser darisana. Sementara Donghae kembali menatap Soeun.

“Aku selalu membeli bunga padanya, dan.. sepertinya ia juga sadar apa makna tulip putih itu untukku. Kurasa ia mendengar perbincanganku dengan Tiffany kemaren didepan tokonya. Hehe…” ucap Donghae sambil tertawa kecil. “Apa tidak apa-apa?” tanya Donghae. Soeun kembali tersenyum.

“Asal kau tidak kembali pada Tiffany tidak apa-apa..”

“Eey..” Donghae terkekeh mendengar sahutan Soeun. keduanya kembali menatap penjaga toko itu ketika ia kembali.

“Ini.. aku menyiapkan yang paling segar untuk kalian berdua..” ucap wanita itu sambil mengulurkan pada keduanya. Soeun maju untuk menerimanya. “Tapi nona, apa kau tahu apa arti Tulip merah?” tanya wanita itu menahan bunga itu dari Soeun. Soeun menggeleng polos.

“Biar aku yang memberitahukannya, nyonya..” potong Donghae sebelum wanita itu membuka mulutnya. Wanita itu mengundurkan niatnya, ia tertawa dan menganggukkan kepalanya.

“Coba tanya padanya sendiri..” ucapnya sambil tersenyum. Soeun hanya menerima bunga itu dengan sedikit bingung. Sementara wanita itu kembali tersenyum pada keduanya. “Kalian benar-benar serasi, aku berharap kalian benar-benar berjodoh…”

*

Malam telah bergulir setelah matahari menghilang di ufuk barat. Saat ini Soeun dan Donghae sudah berada di pinggir sungai han. Ikut mengantar sang matahari keperaduannya.

Donghae masih terus mengusap rambut Soeun dan mencium rambut itu sesekali sementara Soeun masih tenang bersandar di bahu Donghae sambil sesekali mencium tulip merah ditangannya.

“Baiklah, matahari sudah menghilang. Sekarang beritahu aku apa arti tulip merah..” kata Soeun sambil menoleh pada Donghae. Donghae hanya tersenyum sedikit sambil kembali menoleh kearah barat.

“Kenapa kau begitu terburu-buru. Kita masih menunggu untuk beberapa saat…”

“Aku menunggu sudah tiga jam, tapi kau masih terus merahasiakan artinya. Aku benar-benar menjadi penasaran…”

“Sabar sedikit lagi..” ucap Donghae sambil tersenyum. “Soeun-ah, kau pasti begitu heran padaku, bukan begitu? Kau pasti bertanya-tanya mengapa aku terlihat baik-baik saja atau bahkan seperti tak peduli ketika kita berpisah dari Russel..”

“Benar..” ucap Soeun sambil menoleh. “Sebenarnya aku ingin menanyakan itu daritadi…”

Donghae tersenyum halus. “Itu karena aku tak ingin membuatmu tambah sedih. Dari melihatmu semalam aku sudah yakin kau akan sulit melepas Russel pada hari ini. Itu sebabnya aku berusaha tak memperlihatkan kesedihanku…” jawab Donghae. Soeun tersenyum.

“aku mengerti, terima kasih untuk itu. Mungkin kalau kau ikut sedih aku akan menangis seperti orang gila, hehe. Terima kasih juga untuk punggungmu, bagian itu cukup nyaman…” ucap Soeun sambil balas tersenyum pada Donghae. “Tapi.. tidak baik menahan kesedihan. Kau ingin menangis? Aku meminjam punggungmu maka aku akan meminjamkan bahuku…”

“Sekarang sudah tidak ingin menangis lagi. Ini keramaian orang-orang akan merasa aneh melihat yang laki-laki menangis dibahu kekasihnya. Lagipula, kurasa air mataku sudah tidak percaya diri lagi keluar melihat air matamu yang sudah terlalu banyak dan membanjiri jaketku…” ucap Donghae sambil terkekeh. Soeun pura-pura kesal mendengarnya.

“Eey, hati-hati dengan kata-katamu. Kau ingat pertama kali kita bertemu? Aku bisa mendorongmu dengan kekuatan yang sama hingga kau masuk kedalam sungai…”

“Baguslah, kalau aku tenggelam kau bersedia tanggung jawab dengan memberi nafas buatan bukan?” Donghae mendelik yang berhasil membuat Soeun kembali tertawa. Keduanya sama-sama tertawa setelah itu. Setelah beberapa lama Soeun tampak menghentikan tawanya dan berfikir. Ia kemudian menatap Donghae.

“Sebenarnya juga ada sebuah hal yang ingin kusampaikan padamu…”

“Apa itu?” tanya Donghae merubah ekspresinya kembali serius dan penasaran.

“Sebenarnya..” Soeun sedikit menunduk dan berfikir. Ia kemudian menatap lurus kehadapannya. “Wanita itu adalah wanita yang dulu kau sukai, Tiffany…”

“Huh?” Donghae menoleh padanya, tidak mengerti.

“Wanita yang berselingkuh dengan mantan kekasihku, sahabat yang kuceritakan, dia adalah orang yang sama dengan wanita yang membuatmu datang ke Seoul. Alasan aku marah hari itu bukan hanya karena Russel, tapi juga karena aku merasa takut kau akan kembali padanya. Kau kembali berpaling padanya seperti Choi Siwon setelah yang kita lalui malam itu. itu terlalu rapuh, rasanya aku tak kuat mengalami hal itu untuk yang kedua kalinya…” jelas Soeun sambil terus menatap lurus kedepannya. Donghae menoleh padanya, menyentuh dagu Soeun hingga membuat Soeun menoleh padanya.

“Jangan khawatir, aku tak akan melakukan hal yang sama padamu. Aku tak akan berpaling darimu pada Tiffany atau gadis lainnya. Percaya padaku?” tanya Donghae sambil menatap Soeun. Soeun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

“Ya, aku percaya. Kau sudah berjanji bukan, kau tak akan pernah menyakiti kekasihmu lagi. Kau tak akan membuatku jatuh di lubang yang sama karena kau tak ingin jatuh pada lubang yang sama…”

“Terima kasih..” kata Donghae berniat mencium bibir Soeun. tapi Soeun mengalihkan wajahnya.

“Sekarang beritahu aku apa makna Tulip merah..” kata Soeun sambil tersenyum sedikit usil setelah mengerjai Donghae. Donghae ikut tertawa melihat tingkah Soeun.

“Kau benar-benar ingin tahu?” tanya Donghae. Soeun mengangguk antusias.

“Ya, sangat-sangat ingin tahu. kau membuatku mati penasaran…” ucapnya semangat. Donghae tersenyum sambil menatap lurus kehadapannya.

“Tulip adalah ungkapan cinta..”

“Ya, kalau yang itu kau sudah memberitahuku. Selanjutnya apa arti merah?” tanya Soeun lebih bersemangat dan menatap Donghae.

“Merah adalah…”

“Merah adalah?”

“Merah adalah…”

“Adalah apa? Cepat beritahu aku…” ucap Soeun mulai merengek karena tidak sabar. Donghae beralih padanya, membuat wajah mereka hampir bertemu karena Soeun terus mendekati Donghae.

“Merah adalah-“

“-Merah adalah hasrat yang tak tertahankan..” jelas Donghae sambil menatap mata Soeun. Membuat Soeun terpaku. Donghae semakin mendekatkan wajahnya. “Jadi Tulip merah adalah…-“

“-Hasrat cinta yang tak tertahankan…”

Donghae mencium bibir Soeun setelah kata-katanya, membuat Soeun menutup matanya dan membalas ciuman Donghae. Dan andai Russel melihat itu? Di salah satu bangku di sudut sungai Han, Daddy dan Mommy-nya, benar-benar terlihat seperti suami istri. Bukan begitu?

[THE END]

Okay, author sadar ceritanya mungkin mendekati garis terlalu picisan. Jangan salahkan Soeun dan Donghaenya, apalagi Russel. Salahkan Author yang terlalu dicecoki dengan Romantisme ala ‘I Miss You’ sehingga membuat alurnya seperti ini. Semoga tetap menyukainya…

65 Comments Add yours

  1. kai kurasin berkata:

    happy ending ………amazing…no comment
    dtggu ff brikutnya.yg pasti krenz2

  2. dyyyy berkata:

    seneng bgt……
    haesso slalu romantis…
    baca ff ne nambah pngetahuan tentang arti bunga tulip….
    pngen jg dpt bunga tulip….

  3. cucancie berkata:

    Wuaaahhhh…..daebak….suka bgt sm ceritanya…donghae ma so eun nya romantis…bener2 keren…

  4. Devi berkata:

    Akhir’a eoNNie so euN aNd oppa doNghae bersatu td’a befikiraN klo doNghae oppa akN kmbli gy ma tiffaNy tpi trNyta oppa doNghae mNyukai aNd meNciNtai doNghae oppa,,,,,,

    Pkok’a daebak thor FF,,,
    D tNg2u karya laiNNya,,,
    SmNgaaaaat,,,,

  5. obatsuntuk1 berkata:

    Kereeeennnn…. Heart warming.. 2 thumb up thor.. 🙂

  6. mun taryati berkata:

    keren author ah seru banget daebak gokil…bagian yg paling tk sukai wkt mati lampu dan soeun ngatain donghae maniak….haha..semangat terus author

  7. Puspa Kyukyu berkata:

    ~~iiiiiiiiihhhhhh

    feelnya dpt bangeeettt pas dibaca !!

    Greget gie mna gtu..

    Pokoknya mantaabbb bangeettt !! *acungin Jempol*
    ya…Allah Abang Ikan >,< knp FF buatan istri Yesung ini,selalu bisa membuatku melupakan kekesalan padamu ya?? #lebay

    Donghae :*

    ahhhh~
    Hae-Soeun !!

    Daebak buat Author !!

  8. tanti no kawai berkata:

    Huaaaa….. Selalu manisssssstttt bangetttt nih HaeSso…..
    Sampe senyum2 sendiri ∂ķΰ baca ηγά̲̣̥…..

    Kerennnnnn….. Kerennnnnn…..

    ………../–)
    ………/…/
    ……./….(______
    ▓▓……….((_I___)
    ▓▓……….((_I___)
    ▓▓……….((_I___)
    ▓▓—.___((_I__) buwat putriiii…..

    Sangattt amat di tunggu project2 Ϋά̲̣̥ηġ laen…
    Pa ƪάğί project HaeSso…. Heheheh

  9. zhuryia berkata:

    asik donghae jd ma so eun…
    Russel lucu banget ngegemesin aq pengen dech punya anak kaya dia kekeke…

  10. deshiewookie berkata:

    suka suka suka…
    akhirnya bisa buka wp juga.. tapi kudu lewat google dulu… iiight
    suka ama ceritanya… romantisnya dapet banget.. ^^

  11. minmin_mizana berkata:

    Mau coment apa ya,,, jadi bingung hehehe…
    Haesso selalu manis 🙂
    Itu mereka ciuman pas mati lampu apa ga sesek nafas? Kekeke…
    Mereka seperti keluarga bahagia…
    Putri coba bikin ff haesso yg mereka udah nikah dong,,, kaya’a bakal jadi keluarga yg manis hahaha…
    Pokok’a ff2mu selalu bikin aku senyum2 gaje deh…

  12. cutewhite berkata:

    Baguuuuussss
    Ahh russel neomu kyeopta..
    Russel bener2 jdi cupid buat haesso..
    Ihiyy hae selalu ajaa romantiisss..sweet banget siiih..
    Next ff y thor ditunggu ^^

  13. lee mar'atus berkata:

    So sweet gimana gitu, keren banget ff nya.
    feelnya dapet banget. ^^
    kebetulan tulip merah bunga favorite aku, haha
    #gak ada yg nanya
    di tunggu karya lainya ya thor, fighting! 🙂

  14. Princess ice berkata:

    Sooo romantic…
    Lucu juga tuh pas mati lampu 😀 ampe d0nghae megang handuk’a biar gk melorot..wkwkwk
    wah put,kau selalu berhasil bikin nafasku naik turun(?) suasana yg kau ciptakan itu lh0,bener2 kerasa sampe ke readernya *hug*
    ssohae emang selalu romantis…
    All my thumbs for you *bow*

  15. Dizha adrya berkata:

    Ya crta ny bgs bgt,, happy ending ska bgt ma haesso dsni rmnts skali ^^ russel u bnr” mnjdi cupid bgi haesso ska bgt ma crta yg sprti ne,, d tgu next ff n lnjtn ff yg lain ny putri ^^

  16. Anna berkata:

    Sweeett,, good n nice ending like it,,untg kslh phmn-ny ga brlgsg lm&ga da yg egois jd story-ny ngena bgt n ga ngebosenin,,kereenn gomawo 🙂

  17. Kya… Like pasangan maniak… Kkkkk
    aku suka bagian cerita yg kaya gini… Romantis banget
    Daebakk… J

  18. veranicka berkata:

    Suka suka 🙂
    Aih makin romantis aja ceritanya
    Gak tau mau komen apa
    Yang pasti ini ff so sweet bangeet 😀

  19. Choi Hye Mi berkata:

    Kereeeeeeeennnn…ah Putri emng paling bsa bkin Q senyum2 sndri bca FFmu.. Banyak Scene HaeSso yg Sweet bgt.. Emng deh HaeSso jagox klo yg Romantis2 kyak gini.. Dpet bgt Feel’x.. Akhirx Baby Russel dh d kmbalikan ke Ortu asli’x.. Yeey.. Misi brhsil.. Put d tunggu lho FF yg Black n White sma HARU Juga.. Dh pnasran nih… Tetep semangat ya….??? Bwt lnjutin ff yg lain jg… Loph Yu Pull dah… HeHeHeHe.. HAESSO JJANG!!

  20. Choi Hye Mi berkata:

    Kereeeeeeeennnn…ah Putri emng paling bsa bkin Q senyum2 sndri bca FFmu.. Banyak Scene HaeSso yg Sweet bgt.. Emng deh HaeSso jagox klo yg Romantis2 kyak gini.. Dpet bgt Feel’x.. Akhirx Baby Russel dh d kmbalikan ke Ortu asli’x.. Yeey.. Misi brhsil.. Put d tunggu lho FF yg Black n White sma HARU Juga.. Dh pnasran nih… Tetep semangat ya….??? Bwt lnjutin ff yg lain jg… Loph Yu Pull dah… HeHeHeHe.. HAESSO JJANG!!..

  21. Azmy_e berkata:

    Wuahh romantis…
    Keren2.. D tggu ff slanjtx

  22. rakha berkata:

    so sweet, di tunggu ff lainnya thor!

  23. wahyunnie wah berkata:

    yyeiy Haesso happy ending .. gemes bgt stiap bayangin Russel with mommy and daddy… sweet moment

  24. Aisyah kyubum berkata:

    aish selalu ff nya keren dan memuaskan !!

    haesso couple sangat maniis !!

    hae maniak ??
    bagian paling suka pas mati lampu !!
    sukaaa bnget !!

  25. neng dona berkata:

    Baguuuuuus,,, coba bikin sequelnya dong
    “̮♡h¡..♡hi..♡h¡..♡”̮

  26. Dari part 1 nya udah sy suka ni ff waah daebak so sweet banget….!!
    Ciuman pas mati lampu?? O’o haesso bikin iri deh#plak
    Pokoknya suka banget dah sma ff ni..
    Di tunggu ff yang lain semangat yo 😀

  27. elisa berkata:

    eeem hae oppa selalu romantis..and kumawho tambah ni 1 pengetahuan dari author tentang bunga tulip..he..he
    d tunggu karya selanjutnya….
    faighting………………………

  28. ina freedom kartini berkata:

    huaaa romantis skali ..so sweet bgt , keerreeennn abis pokokx .
    put kmu emg T.O.P.BGT. salut deh buat kmu put?
    good job

  29. Niniet berkata:

    sweet banget…Russel makasih sudah menyatukan mommy so eun adn daddy dong hae…;)

  30. Dear Dhiyah berkata:

    huhhh ,, mreka bner” dah kya keluarga kecil …
    kekeke
    pz brantem truz akhir y baikan lg
    moga mreka cpet dpet adek buat russel
    hihihhi

  31. erika berkata:

    wah kreeen…… bnget nh ff
    author lnjutin ff “sexy, free and singlenya” dong* ga tau tulisan’a nh*

  32. Ayu ChoKyulate berkata:

    Huuaahh akhirnya di post juga ff ini 🙂
    Aigoo so sweet bangett ceritanya apalagi pas ending nya aku suka bangett bikin envy aja, kekekek~
    suka banget deh sama HaeSso couple, di tunggu ff HaeSso yg lainya ..
    FIGHTING !!
    FIGHTING !!

  33. angelfishy_sso berkata:

    Wua aku juga mau dikasih bunga sama donghae 😀

    Ditunggu ya ff yg lainnya!! semangka 🙂

  34. KyuteKyu berkata:

    Happy ending.
    Keren banget kak putri. Jadi russel nya juga ada di sungai han tapi mereka gak tau.
    Daebak.

  35. nurul berkata:

    ff nya keren,aishh bikin melting sendiri ini ff ^^

  36. haekyusso berkata:

    Seruuu,,,seruuu,,,pake banget!!! 🙂
    Athour sbnr y saya bingung mo coment pa sl y bagusss crt y,,dr sedih,greget,lucu pa lg moment romantis antra haesso,DEABAK 😉
    Slalu tetap SEMANGAT untk nls ff ttng sso dan Slalu dpt inspirasi yg super dpr bagus bt ff y,,, *HWAITING ^^*

  37. andri susilowati berkata:

    uaaaa telat baca saya……………..
    mantep bgt thorrr. udah panjang, keren, lucu pokoknya lengkap ddehhhhhhhhh.
    haesso itu selalu keren. kkkkk
    sebenarnya blum puasss, pengen ada sekuelnya lg. hahahha
    haesso mariage life thorrrr. ayooo thorr di bikin.
    hahahaha

  38. luthfiangelsso berkata:

    Aku tetap menyukainya author
    🙂
    Suka sekali sama ceritanya !!!
    Author keren !!
    🙂

  39. pipip berkata:

    Suka bnget critnya seru critnya rngn bet dbca
    Sku lbih dka bca ff os atau 2shoot thor ensk gtu bcanya hehe

  40. Kyusso Eunnie berkata:

    Keren..keren pake bgt.. 😀
    Jd dsini critax russel jd mak comblang alias cupid buat haesso couple..hi hi 😀
    Tp td aq mmbyangin russel itu bayi cwek loh put trnyata cwok soalx diats ada kt tmpan..#mang9ut2
    Sdih bgt wktu haesso hrs brpsah dgn russel n russel jg gk mau brpsah dgn mommy n daddy nya.. 😦
    Tp scene favoritku kykx sm dgn smua reader dsini yaitu wktu mati lmpu..sso udh jls tkut gelap n hae seakan2 mncari ksempatan dlm ksmpitan..he he 😀
    Pokokx haesso couple emang the best deh soal rmantis2an.. 😀

  41. kiki chan berkata:

    🙂 🙂 🙂

  42. Ina Puspitasari berkata:

    huaaa mau dikasi tulip merah sama ongeeee :p
    ini KEREN pake banget putri, haesso nya romancenya dapet bgd,, kyaa sweet ending^^
    russelnya bnr2 cupid euy, hayo sequel ini sampe mrka nikah dan pnya baby, pgn liat lebih bnyk lg sweet momen mrka jd biar happy terus, hehe *maksa*
    ceritanya ringan tapi menarik bgd dan bkin senyum2.. aaaa bagus bgd putri^^

  43. rida locket berkata:

    heppy ending, keren bener2 kece badai cethar membahana badai eun.. *huh LEBEY*
    ..TOP bgt eun.,

  44. ViE berkata:

    Daebak! So romantic…^^

  45. shane berkata:

    Mommy _Daddy ….hehe …baby russell bikin gemessssss!!
    Di pastikan russell akan merindukan mommy_daddy angkatnya..hahaa *readerstress* hbs reader sukaaa bgt ama baby russel 😉

    Cinta _cinta _cintaaaaa ❤
    Pas mati lampuuu hae ga pake bajuu aw aw aw pelukan ma sso agy truss sso blang kau seorang Maniak ,,yeahhh adorable euy 😉
    Sedih reader pas haesso pisah ma russell ,pengennya reader si russel tetep d rwat ma haesso..UU-uuu *russell lagi Russel lagi*

    Put,BB 😉
    I"ll give ….the special thumb just for puput 😉

    Fighting girl 🙂

  46. nisag1190 berkata:

    Ealahhhh Putri diriku jadi mellow baca bagian Russel pisah sma Mommy Daddy ‘pura-puranya’ ngebayangin gimna mereka bner2 sayang sama Russel, begitu juga si Baby Rusia ^^
    Manis bangettttt…….
    Putri is the best dah pokonya mah ^^
    Haesso selalu buat aq senyum, merinding2 gmna gtu saking sweetnya xixixixi
    Love This Twoshoot
    Fighting Dek, terus berkarya 🙂

  47. Deborah sally berkata:

    Romantisnya mereka berdua

  48. YouryLau berkata:

    mantep thor . . .
    Ttp brkrya

  49. AngelsShe~ berkata:

    K E R E N B A N G E T
    aq suka akhirx b’rakhir d9n happy endin9 . putri emang y9 t’rbaik deh*o*
    ditun99u ff lainx !!!

  50. noni eka s. berkata:

    gak tau kenapa ngerasa terlalu cepet alur nya. tapi gak apa apa kok bagus aku suka 😀

  51. Choi shinae berkata:

    omoooooooo ceritanya makin seru…
    aaaahhh bang ikan bukannya lo takut juga.sama gelap ckck pgn jadi soeun dimomen ini XD
    authooooor karyanya bagus bagus … yang ini WAJIBnya bikin sequel .. wajib wajib !
    thumb kiss deh buat author kkkk ~~

  52. Ayunie CLOUDsweetJewel berkata:

    Kyaaaaaa~ suka banget ma scene terakhir HaeSo. Kisseu kisseu… gyahahaha

    *yadong

  53. ribka3003 berkata:

    Ahhhh wkt mereka ciuman pas mati lampu itu bikin aku merinding…hwahwahwa…:D
    Akhirnya happy ending jugaaa..^^ awalnya aku kira org tuanya russel yg asli pd mau nyalahin so eun ama donghae, ternyata di luar dugaan..heheheehee…
    Bagus put…

  54. geill berkata:

    Daebakkkkkkk…..
    Beneran deh nih ff bs di bilang paket komplit#kyk mknan aja#
    Ceritanya dr part1 ampe part2 bnr2 the best, q sk bgt am jln crtnya….
    Good job buat author yg bs bkn aq ngs bc nih ff pas di bagian HaeSso berpisah sm Baby Russel….top dehhhh…..
    Gomawo buat author..
    Semangat sll buat author ^_^

  55. thata berkata:

    Wahh kerenn bner” alur yg daebakkk..
    Romantis.. Kerennnnnnnnnnn

  56. Kim Ha Byung berkata:

    Happy end 😀
    Keren eon,,
    HaeSso selalu sweet 🙂

  57. lee_jihyun berkata:

    Romantic story… I like this…

    Nice story chingu… 🙂

  58. Melli berkata:

    Akhrnya happy end.
    Author buat sequelnya, pasti seru mereka menikah dan memiliki anak

  59. ikayeoja fishy berkata:

    ohhhh suamiku mang so sweettt bngtttt..
    chukae buat haesso semoga berbahagia…^^
    #bowbarenghaesso..
    lnjutin put ff yg laen’y..

  60. kim Ra rA berkata:

    HOREEEE akhir yang manis banget… reader benar benar di manjain banget dengan cerita romantisnya HaeSso ala Putri nich…

    Tugas Rusel jadi cupid sukses menyatukan mereka. haduh sampe bingung mo koment apa. pokok nya PUAAAAAAS banget dech

    Terima kasih putri buat ff ya….
    “sukses terus”

  61. miyanoshita berkata:

    sweeet banget,,, yee happy ending..
    pkonya daebaklah buat eon author.
    ditunggu ff haesso.nya lagi eon author

  62. aidayohei berkata:

    Kereeen thor….. kata2nya pas bgt. Romantisnya jg ga berlebihan. Semua pas… DAEBAK!!!

  63. Rani Annisarura berkata:

    mereka berdua memang bener-bener bersatu….

    Dari merawal russel jadi cinta,, dan akhir ceritanya itu so sweet banget,, jadi ngebayangin kalau itu beneran terjadi….

  64. GG berkata:

    sukaaaaaaaaaaa banget. jadi ngebayangin gimana wajah russel hahahahah
    bs buat yg mreka punya anak sendiri hihihihiiiii penasaran sih hahahhah

  65. anindya berkata:

    russel lucu bgt ketemu so eun n dongjae langsung nilang mommy sama daddy sampe mereka akhirnya bener2 jd pasangan kekasih setelah berhasil melupakann siwon dan tiffany serta russel kembali sama orang tua kandungnya..senuanya berakhir bahagia

Tinggalkan Balasan ke Princess ice Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.