~ [Drabbles M&L 6] 7JIB Drabbles Part 1 (Special So Eun’s day) ~

Title       :               7JIB Drabbles Part 1 (Special So Eun’s day) – Music & Love 6

Author  :               PrincessClouds/@hi_putriys (Putri Andina)

Genre   :               Romance – Sad – Teen – Angst

Rated    :               PG-15

Main     :               Kim So Eun –Kim Jong Woon – Lee Dong Hae –Cho Kyu Hyun – Lee Hyuk Jae

Warning:             Typo(s) – Not So Drabble at all – Mix Genre dengan penempatan yang acak.

*Music_And_Love*

#1. Island – Ye Sung & So Eun

                “A nameless and lonely island, connect me to you again.”

Suara ombak terdengar, bersahutan dengan suara angin yang tidak berhembus stabil. Aroma pantai yang kering sampai ke penciuman bersama rasa panas sang matahari. Memberikan rasa damai di hati yang terasa sesak.

Sedikit tidak yakin Ye Sung membuka matanya, menemukan ia berada di tempat yang asing. Badan yang terasa lelah tanpa alasan bergerak perlahan untuk bangun memperhatikan tempat dimana saat ini ia berbaring.

“Kau terus tidur daritadi..” suara omelan menyambutnya, membuat ia menolehkan kepalanya ke salah satu sisinya. Menemukan seorang gadis berambut panjang yang duduk tepat di sisinya sambil menatap lurus pada lautan di depannya. “Aku sampai lelah menunggu..”

Ye Sung bangun, tanpa membersihkan sisa pasir yang melengketi kaos yang dipakainya ia duduk. Mengambil posisi sejajar dengan gadis yang duduk di sampingnya. Ikut melihat permainan ombak disana yang datang dan pergi dengan tenang.

“Hari ini melelahkan..” Ye Sung bergumam pelan, terlihat berat untuk mengatakannya dengan wajah tertunduk menahan haru di dadanya. “Hari ini terasa berat sekali..”

Gadis itu tersenyum lembut sambil mengalihkan pandangannya pada pemuda itu dan sedikit mendekat. Meletakkan kepalanya di bahu Ye Sung dan meraih jemari pemuda itu untuk menggenggam dan menyatukannya.

“Bahkan walau ada aku disini apakah tetap terasa berat dan melelahkan?”

Ye Sung tak menyahut, hanya melirik jemari mereka yang bertautan sebelum lebih menggenggamnya erat.

“Semuanya tak seharusnya begini kan, So Eun? Ini bukan ulang tahun yang kau inginkan dariku.” Tanyanya pelan dan termangu, masih berusaha menahan rasa tak nyaman di dadanya. “Bukan. Bukan kado seperti ini yang aku mau dari hari ulang tahunmu..”

So Eun, gadis itu tersenyum, sambil mendongakkan kepalanya menatap wajah itu.

“Tapi aku senang kau berada di sini. Lihat, pulau ini mempertemukan kita… kembali.”

Ye Sung tak menyahuti lagi, rasa lelah tanpa alasan kembali mendera tubuh dan hatinya. Namun ia terkejut kenapa ia tak menangisi semua ini. Tidak lagi sekarang.

“Ini tidak benar..” hanya ucapan itu yang terulang dan terulang dari bibirnya. So Eun tampak tersenyum mendengar ucapan itu sambil mengangkat wajahnya untuk mengecup pipi kanan Ye Sung. Ye Sung menoleh padanya dan disaat itu pandangan mereka kembali bertemu. Ye Sung tak bisa melakukan apapun selain menatap sedalam mungkin sepasang caramel yang berkilauan terbias kilauan air laut di depan mereka itu. Sementara So Eun terus tersenyum menatapnya.

“Besok kau akan datang lagi, kan?” Tanya So Eun lembut dan tanpa kekhwatiran kalau Ye Sung akan menidakkannya. Ia seperti sudah tahu jawabannya.

“Tidak.” Ye Sung menyahut lirih. “Tidak hanya besok. Aku akan datang besoknya lagi, besok besoknya lagi, besok besok besok, dan besok… selamanya..”

So Eun tersenyum bahagia sambil kembali menyandarkan kepalanya di bahu Ye Sung. Lebih menggenggam lagi jemari tangan Ye Sung itu dan memejamkan matanya.

“Aku juga akan selalu menunggumu di pulau ini..” gumam So Eun kembali tersenyum tanpa beban. Meninggalkan Ye Sung yang terus menatap wajahnya dalam dan dengan sedih.

“Ye Sung-ssi..” suara lembut lain memanggilnya dan membangunkannya. Tak lama sebuah tepukkan terasa di bahunya. “Ye Sung-ssi..”

Ye Sung membuka matanya untuk kedua kalinya dan langsung terpana dengan apa yang ditemukannya. Sebuah ruangan sepi yang menyisakannya terduduk sendirian di sudut ruangan.

“Maaf Ye Sung-ssi..” wanita yang membangunkannya tadi tersenyum haru. “Tapi acara pemakamannya sudah selesai. Ini sudah tengah malam maka sebaiknya anda pulang. Beberapa petugas juga sudah bersiap untuk membersihkan tempat ini..” wanita yang matanya juga tampak membengkak karena banyak menangis itu bergumam lirih.

Ye Sung tampak hanya mengangguk, bibirnya terasa berat walau bahkan hanya tersenyum. Ia kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke hadapannya untuk melihat karangan-karangan bunga yang dihias membingkai sebuah foto besar yang memiliki seorang gadis cantik sedang tersenyum disana. Ye Sung menahan nafasnya ketika rasa panas kembali terasa di kantung-kantung matanya. Membungkam mulutnya.

“Relakan So Eun..” suara itu menghentikan rasa sedihnya sejenak, dimana itu dari wanita yang ternyata masih berdiri di belakangnya. “Aku tahu ini terlalu berat tapi itu adalah kehendak sang kuasa dimana ia mengambilnya tepat di hari ulang tahunnya. Juga jangan menyalahkan dirimu lagi atas kecelakaan itu.” Ucapnya terlihat tabah walau dengan jelas matanya kembali menunjukkan bias kaca.

Ye Sung menganggukkan kepalanya dan kali ini sekuat mungkin memaksakan senyuman. Pemuda itu kemudian mengambil sesuatu dari saku kemejanya dan lebih mendekat ke hadapan foto. Dengan tangan gementar dan berusaha menguatkan diri ia membuka tutupnya dan menunjukkan sepasang cincin yang indah di dalamnya. Ye Sung meletakkannya di depan foto So Eun yang terus menunjukkan senyuman cantik itu.

“Selamat ulang tahun, So Eun..” Dengan suara bergetar ia berusaha untuk tidak kembali menangis seperti yang ia lakukan semalam ini. “Selamat ulang tahun..” ulangnya sambil sambil menutupi wajahnya karena ia menyadari bahwa sikap sok tabahnya sia-sia. Percaya bahwa ini adalah untuk terakhir kalinya ia dapat melihat wajah itu tersenyum Ye Sung kembali menangis dan menumpahkan rasa penyesalan di dalam dirinya. Hal yang membuat wanita itu juga ikut menunduk untuk menahan kesedihannya.

Ini terasa tak benar bagi Ye Sung, sangat tidak benar. Kemarin seharusnya ia membawa cincin ini untuk melamar So Eun di hari ulang tahunnya, bukan berakhir membawanya ke IGD rumah sakit. Kemarin seharusnya ia membawa So Eun kepada hari yang paling membahagiakan dalam hidupnynya, bukan berakhir membawanya kepada kematian. Ini benar-benar salah, hal yang membuat Ye Sung tak habis menyesali dirinya walau ibu-So Eun kembali mengusap bahunya dan menabahkannya. Ini terlalu sulit untuk ia terima walau sekuat apapun ia mencoba.

“Tidak apa-apa, kau tidak perlu menyalahkan dirimu seperti itu. Sekarang biarkan aku yang membawamu ke pulau itu, ke pulau dimana hanya ada kita berdua. Aku akan selalu datang menjemputmu setiap kau tertidur dan bermimpi..”

Suara So Eun sayup-sayup terdengar di udara. (Island – 897 Words)

YS ❤ SE

#2. Midnight Blues – Dong Hae & So Eun

“I erase you then draw you out again then get lost in the darkness.”

*!!*

Tubuh itu terhempas ke tanah yang kotor. Terlihat tak cukup keras, karena tubuh itu tampak kembali berusaha berdiri dengan sedikit kesusahan bersama suara kekehan yang terdengar.

“Keluarlah! Jangan mengacau di tempat ini!” Seru salah seorang dari dua laki-laki bertubuh besar yang tadi melempar tubuh itu keluar dari dalam ruangan. Keduanya lalu berbalik dan menutup kembali pintu bar tersebut dengan kasar seakan melarang pemuda itu untuk kembali masuk.

“Aish, dasar. Kau fikir aku mau masuk lagi ke dalam! Tempatmu membosankan, tahu!” Seru pemuda itu dengan ucapan yang nyaris sulit dimengerti. Dilihat dari gelagat dan sebotol minuman di tangannya seperti ia dalam keadaan mabuk. “Lagipula barmu membuatku muak dengan kenangan-kenangan bersama gadis pengkhianat itu..” celotehnya lagi dan terkekeh sebelum berbalik dan membawa langkah sempoyongannya darisana.

Ia sudah mabuk berat, itu adalah hal yang tak perlu diragukan lagi. Hingga tak jarang ia menabrak para pejalan kaki yang berpapasan dengannya. Namun ia tak peduli dengan semua teguran atau bahkan teriakkan yang diterimanya dan terus saja berjalan lurus.

“You and I..” Di tengah jalan ia mendengar suara musik dan ikut menyanyikannya sambil sedikit menggerakkan badan. Terlihat sama sekali tak mengacuhkan pandangan aneh setiap orang di sekitarnya. “Harudo neo eobsin an deonda geureoke mitdeon na..” Ia hampir terjatuh setelah membuat sebuah putaran. Namun beruntung ia dapat menggapai sebuah tiang yang ada disana untuk menahan tubuhnya dari jatuh. Ia kembali terkekeh seperti orang gila. “Ini lagu favoritmu, So Eun. Yang sialnya aku masih mengingatnya. Mengingat lagu gadis pengkhianat sepertimu..” ucapnya terkekeh sambil melanjutkan kembali jalannya menembus malam yang mulai sepi.

Malam terasa dingin, namun sepertinya alcohol di perutnya membuatnya tak merasakannya. Lee Dong Hae, pemuda itu masih terus berjalan dengan langkah sempoyongannya menembus kegelapan malam sambil sesekali menyesap minuman di tangannya yang tinggal setengah botol.

Ini jalan yang sama, fikiran Dong Hae berdering. Dari ujung jalan sana ia seperti melihat dirinya dan gadis yang dicintainya berjalan bersama sambil bergandengan tangan. Tawa terdengar di telinganya, sesuatu yang membuat kepalanya malah semakin berat.

“Kalian bercanda?!” Dong Hae terkekeh sambil menunjuk bayangan fana dirinya bersama So Eun yang berhenti di satu titik di hadapannya dan berpelukkan erat. Darisini bayangan itu seperti tengah menertawakannya dari sudut pandang Dong Hae. “Kalian tak bisa bersama, begitulah kata orang tuanya. Kau hanya seorang pemusik yang tak punya masa depan, Lee Dong Hae. Kau tak pantas untuk gadis dari kalangan terpelajar sepertinya. Lihat, buktinya gadis itu setuju untuk menerima pilihan orang tuanya tanpa perlawanan dan meninggalkanmu. Berhentilah bersikap bodoh, Lee Dong Hae. Lepaskan tangannya!” Serunya pada dua bayangan yang masih sama-sama saling bergenggaman tangan tersebut. Dimana keduanya yang dimabuk cinta terlihat sama sekali tak mengacuhkan ucapannya. Dong Hae sedikit tersinggung, dengan langkah gontai kembali lebih mendekati keduanya. “Lepas kataku!!” Serunya berusaha memisahkan kedua tangan yang bergenggaman erat itu. Namun baru satu jarinya menyentuh, kedua orang itu menghilang bersama kabut malam. Dong Hae lagi-lagi terkekeh. “Begitu maksudku..” ucapnya sambil melanjutkan perjalanannya.

Sudah begitu legap, ini sudah mendekati tengah malam. Namun walau begitu tetap saja ada beberapa orang yang tersebar di jalanan mungkin sama dengannya baru saja pulang dari tempat hiburan. Namun mungkin hal yang menjadi beda adalah bahwa tak ada dari mereka yang dalam keadaan sekacau dirinya. Sehingga beberapa orang yang berpapasan dengannya tampak memiliki senyuman geli melihat tingkahnya yang tengah berkeliaran di tengah jalan dalam keadaan mabuk dan sempoyongan.

“Kau terlihat bodoh…” salah satu dari mereka mengejeknya ketika ia menginjakkan kakinya di bawah sebuah lampu jalan yang temaram. Dong Hae menghentikan langkahnya, sedikit memicingkan matanya dan menatap tak yakin pada sosok itu. “Kau terlihat menyedihkan..” ejek pemilik suara itu lagi. Dong Hae tampak memiringkan wajahnya demi lebih melihat wajah itu.

“Kau tak tahu apa-apa, Kim So Eun..” gumamnya pelan. “Tak ada satupun yang kau tahu selain dirimu sendiri..”

“Ya, sama seperti kau tak mengetahui aku..”

Dong Hae hanya menatap wajah itu panjang, mulai kembali merasakan sesak di dadanya setelah sejak tadi mengabaikan bahkan membantahnya. Dong Hae kini memiringkan wajahnya dan menatap dalam bayangan itu. “Pergilah dari ruang kepalaku. Tidakkah kau lihat aku sedang berusaha keras untuk melupakanmu. Berhentilah mondar-mandir di kepalaku dan semakin membuatku seperti orang gila..” ucap Dong Hae pelan tanpa emosi. Bayangan itu tampak tersenyum sebelum wajah itu semakin meluntur di udara sebelum hilang menjadi kabut. Dong Hae sedikit kaget membesarkan matanya, tak menyangka permintaannya akan disanggupi secepat itu. “So Eun? Kau benar-benar pergi?” Tanya Dong Hae bingung sambil celingukkan. Namun ia tetap tak menemukan apapun disana. “So Eun?”

*!!*

Kakinya menendang sesuatu sehingga membuatnya jatuh. Dong Hae mengaduh memegangi kepalanya yang begitu pusing dan berusaha kembali menormalkan pandangannya. Dan lagi, bayangan wajah cantik itu terlihat bak bayangan kaset rusak di ruang matanya. Terlihat mendekat padanya. Dong Hae tersenyum.

“So Eun?” Panggilnya sambil meraih lengan sosok itu. Namun berharap menyentuh sebuah kulit halus di lengan itu ia malah merasakan bahan kain kasar seperti jaket kulit.

“Aish, kau mabuk lagi? Harus sampai kapan kau begini Lee Dong Hae? Sudahlah, lupakan gadis itu..” omelan dari suara berat seorang laki-laki menyapa pendengarannya sebelum minuman mengambil kesadarannya. (Midnight Blues – 821 Words)

DH ❤ SE

#3. Mid Season – Kyu Hyun & So Eun

                “I love you, I love you, if I shout it out, will you comeback?

Suhu begitu dingin, salju-salju terlihat berguguran dan menyebar di tengah jalan ketika Cho Kyu Hyun membawa langkahnya kesana. Pemuda tampan itu tampak mengalihkan pandangannya ke seluruh arah di lingkungan gedung sekolah di depannya sambil sesekali mengambil gambar dari sebuah kamera di tangannya. Sesekali senyuman miris terlihat di wajahnya.

“Apa yang kau fikirkan?” Terdengar suara lembut seorang gadis yang sejak tadi berdiri di belakangnya. Gadis yang membalut lehernya dengan sebuah syal berwarna merah pekat itu melangkah sejejar dengan Kyu Hyun. Ia menggosokkan dua tangannya yang terbalut sarung tangan sambil ikut memandang gedung sekolah di hadapan mereka.

“Banyak kenangan disini.” Kyu Hyun menyahut pelan. “Di setiap sudut aku seperti melihat diriku dimana-mana dengan berbagai cerita dan ekspresi terhadap kenangan apapun yang aku lakukan dimasa itu.” Ucapnya sambil melayangkan pandangannya dari satu sudut lalu ke sudut-sudut yang lain.

Kim So Eun, gadis itu tampak ikut tersenyum memiris. “Seperti disana, apakah kau melihat dirimu yang sedang duduk mendengarkan musik bersamaku. Kita memakai headset berdua sebelum saling mengungkapkan perasaan masing-masing..” ucap So Eun sambil menunjuk pada sebuah bangku panjang yang terletak di dekat taman. Kyu Hyun ikut menoleh kesana, tersenyum miris.

“Tentu aku ingat.” mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. “Seperti disana, dimana aku kembali melihat ketika kita berpegangan tangan menyusuri koridor. Melewati ratusan pasang mata yang menatap iri..” ujar Kyu Hyun sambil menunjuk hamparan koridor. So Eun tampak ikut menoleh kesana dan tersenyum miris. “Atau disana, dimana kita membagi ciuman pertama di atas mobilku..” tambah Kyu Hyun sambil menunjuk lahan parkir yang sepenuhnya sepi. Ini masih libur musim dingin, jadi tak ada murid yang berada di tempat ini. Adapun penjaga sekolah ataupun penduduk sekitar mungkin enggan berlalu lalang mengingat betapa dinginnya temperature disini.

“Hmm..” So Eun menggumam pelan sebelum sedikit terbatuk. Kyu Hyun menoleh padanya dan menemukan gadis itu terus menggosokkan kedua telapak tangannya demi mendapatkan suhu panas. “Kita melakukannya diam-diam karena takut ada yang melihat walau itu sudah sangat sore sehingga sekolah sudah sepi.. um.. cough..”

“Kau masih juga selalu sakit di pertengahan musim dingin. Walau setelah empat tahun berlalu kondisi tubuhmu masih tetap saja rentan.” Ujar Kyu Hyun tersenyum halus. So Eun tampak ikut tersenyum kecil dan sedikit malu.

“Benar. Aku bahkan masih begitu ingat bagaimana disana..” So Eun menunjuk sebuah sudut lainnya. “Kau memarahiku karena tetap saja sekolah walau aku sedang demam tinggi. Kita berakhir bertengkar sebelum akhirnya kau meminta maaf padaku malam-malam dengan datang ke rumah. Lalu besoknya malah kau yang tidak bisa hadir karena demam..” So Eun terkekeh kini ketika ia mengingat lembaran lainnya. Kyu Hyun tampak mengangguk dan tersenyum kecil yang masih memiris.

“Dan disana..” So Eun kembali bersuara dimana kali ini terdengar lebih lirih. Gadis itu kini mengalihkan pandangannya menuju beberapa spot di bawah pohon dekat di depan gerbang. Kyu Hyun ikut menoleh kesana dan tatapan matanya berubah memuram. “Disana kau pamit padaku di hari kelulusan kita dimana kau mengatakan akan kuliah di amerika. Di hari itu, hari dimana aku terakhir melihatmu sebelum hari ini karena aku menolak mengantarmu ke bandara..” gumam So Eun rendah.

Kyu Hyun menarik nafas pelan mendengarnya lalu beralih kembali menatap wajah So Eun dimana So Eun tampak telah menundukkan wajahnya dalam. Yang Kyu Hyun inginkan saat ini adalah merengkuh tubuh itu dan memeluknya, menyelamatkannya dari dinginnya pertengah musim dingin ini. Namun ia tahu bahwa ia sudah tak berhak melakukannya lagi kini.

“Tapi semua sudah tak lagi sama, Cho Kyu Hyun..” So Eun menggumam sambil mengangkat wajahnya kembali. “Aku kini bukan cinta pertamamu waktu SMA dulu lagi. Aku kini adalah seorang gadis yang sudah terikat pertunangan dengan orang lain.” Ucapnya sambil mengangkat tangannya untuk menunjukkan sebuah benda yang melingkari jari manisnya.

Kyu Hyun mengangguk dan menunduk menatap hamparan salju di bawah kakinya. Mencoba untuk tersenyum walau yang ada hanya garis tipis miris menghiasi bibirnya. Dia seharusnya tahu ini sejak pertama kali ia berniat kembali ke korea, bukan? Mengingat empat tahun adalah waktu yang sangat lama baginya terpisah jauh dengan cinta pertama yang masih dicintainya itu. Waktu yang cukup untuk merubah banyak hal bagi keduanya.

“Kau seharusnya waktu itu memberikan kepastian kepadaku hingga hasilnya tak seperti ini.” So Eun kembali bersuara dengan lirihnya, membuat Kyu Hyun menoleh kembali padanya. “Kau tak tahu betapa hancurnya aku waktu itu karena kau tak pernah mengatakan padaku tentang kepergianmu sebelumnya. Waktu itu kufikir kau akan pergi selamanya jadi aku memutuskan untuk tidak menunggumu. Aku berfikir seperti dirimu yang telah melanjutkan hidupmu maka begitupun aku..”

“Aku menyesali itu..” Kyu Hyun menggumam pelan. “Waktu itu aku hanya terlalu muda dan naïf sehingga tidak bisa dengan bijak menentukan keputusan. Disana aku berusaha menghubungimu, namun kau sepertinya memang telah terlalu kecewa hingga mengganti nomor ponselmu dan menghindariku..”

“Aku fikir kau mungkin jatuh cinta dengan gadis berambut pirang yang bertubuh seksi disana..” So Eun tersenyum pelan sambil mencoba bercanda di saat yang sungguh tak tepat ini. Kyu Hyun tampak sedikit tertawa mendengarnya.

“Gadis bule sama sekali bukan tipeku..” tanggapnya pelan.

So Eun menggangguk dengan sedikit terbatuk-batuk. Kyu Hyun menoleh padanya kembali. “Pulanglah, kau membutuhkan istirahat agar sakitmu tidak semakin parah. Kau tak perlu menemani turku lagi di Seoul..” ujar Kyu Hyun pada gadis itu. So Eun tampak menoleh padanya dan mengangguk.

“Baiklah, jaga dirimu. Secara keseluruhan tak ada yang berubah dari kota ini sejak terakhir kau tinggalkan. Kulihat memorimu sangat kuat mengingat semuanya..” ujar So Eun kemudian. “Jaga dirimu Cho Kyu Hyun. Aku harap kau dapat bangkit lagi dan merajut hidup barumu..” ujar So Eun sambil mengulurkan tangannya pada Kyu Hyun. Kyu Hyun tersenyum, menatap tangan itu sebelum meraih dan balas menjabatnya.

“Ya. Aku juga mendoakan kebahagian atas hidupmu yang sekarang..” kata Kyu Hyun sambil menatap sepasang mata gadis yang menjadi alasannya kembali ke korea tersebut. ‘Dan semoga aku bisa melupakanmu di pertengahan musim dingin atau musim semi selanjutnya…’ gumamnya dalam hati sebelum dengat berat hati melepaskan jabatan tangan itu. (Mid Season – 957 Words)

KH ❤ SE

#4. Evanesce – Eun Hyuk & So Eun

“Don’t know why. Tell me why. Why does love end?”

Eun Hyuk menatap gadis di depannya dengan ekspresi tanpa ekspresi dan nyaris kosong. Buket bunga di tangannya terlihat sedikit bergetar karena tangannya yang memang tidak tenang. Dimana ia langsung menutupinya dan kembali menatap sepasang mata indah itu.

“Putus?” ulangnya mengingat satu kata yang paling diingatnya terucap dari bibir itu hari ini. Terus menatap gadis di depannya tak yakin, berharap memang yang ia dengar tidak benar. “Kenapa?” Tanyanya kemudian. Tak mengerti.

Gadis itu menatapnya sekilas sebelum mengalihkannya untuk menunduk. Menatap jemari-jemari dari kedua tangannya yang digerakkan gelisah. Sementara Eun Hyuk masih menatapnya panjang, menunggu jawaban dari pertanyaannya.

“Aku tak yakin dengan hubungan ini..” gadis itu kembali bersuara. “Setelah kufikirkan kembali, kita tidak bisa terus bersama. Aku tak mencintaimu…”

Yang pertama kali Eun Hyuk lakukan saat mendengar itu adalah tersenyum tipis yang terkesan sinis. Sesuatu yang juga diluar perkiraannya. Sementara gadis itu mengintip ke arah matanya dengan diam-diam dan takut-takut.

“Tak mencintaiku?” Ulangnya kemudian dengan ekspresi wajah yang masih tak yakin. “Lalu yang kemaren-kemaren itu.. apa? Ucapan yang sering kau katakan bahwa kau mencintaiku… apa artinya?” Tanya Eun Hyuk berusaha menjaga nadanya agar tetap tenang walau jauh di dalam hatinya terasa baru saja dipukul keras dan telak tepat di jantungnya. Begitu menyesakkan.

Kim So Eun menundukkan wajahnya, menggigit bibirnya pelan. Terlihat masih berusaha mengendalikan dirinya yang juga tak tenang. “Selama ini aku bersamamu karena kau mirip dengan mantan kekasihku yang telah meninggal. Selama ini, aku mencoba untuk mencintaimu dan membalas perasaanmu yang tulus padaku. Namun aku tak bisa, aku merasa bersalah setiap kali membayangkan wajah orang lain di wajahmu ketika kita bersama..”

Eun Hyuk mengalihkan pandangannya, menatap hal yang lain, hal apa saja asal jangan wajah bersalah gadis di depannya. Namun pada akhirnya matanya kembali kesana. “Jadi selama ini, yang kau lihat dariku ketika kita bersama bukan aku? Bukan wajahku? Kau mengatakan cinta itu, kau membalas ucapan cinta itu, jadi semuanya bukan untukku? Namun hanya seseorang di masa lalumu yang mengingatkanmu melalui diriku?” Tanya Eun Hyuk sedikit larut dalam emosi. Jauh dalam hatinya Eun Hyuk mengharapkan semua ini hanya sebuah omong kosong namun sebuah anggukan takut-takut itu sekali lagi memukulnya telak di bagian yang sama. Membuatnya sulit bernafas. “Apa? Bagian yang mana? Mata? Hidung? Bibir? Apa.. ?” Tanya Eun Hyuk masih begitu penasaran dan tak percaya.

“Semuanya..” gadis itu mengaku dengan wajah tertunduk. “Caramu memandang, caramu tertawa, perhatianmu… semuanya. Aku juga tak percaya..” ujarnya pelan dan takut-takut. Gerakkan jemari So Eun terlihat semakin gelisah dan resah. Sementara itu Eun Hyuk masih terpaku di tempat duduknya. Masih sulit baginya menerima semuanya.

“Kenapa kau tega melakukan semua ini padaku?” Tanya Eun Hyuk pada akhirnya mencapai pertanyaan terbesar di otaknya. “Tidakkah kau tahu kalau ini lebih menyakitkan dari apapun? Setengah tahun, kau memberikanku cinta yang penuh kepalsuan dan semu. Aku ucapkan cinta padamu dan kau membalas ucapan cintaku. Semua yang kau tawarkan hanyalah mimpi, membawaku terlalu tinggi namun lihat… itu hanya sebuah cara untuk menghempaskanku dengan kasar kembali ke bawah. Kau tahu? Bahkan kalau kau menolakku waktu itu rasanya tak akan sesakit ini untukku..” ucap Eun Hyuk kemudian mengeluarkan sesuatu yang saat ini menekan sesak dadanya. So Eun harus tahu kekecewaannya, itulah yang ada di dalam fikirannya.

Sementara tubuh So Eun sedikit bergetar dengan wajah yang masih tertunduk. Suara isakkan tertahan terdengar. “Maafkan aku..” ucapnya pelan. Eun Hyuk mengalihkan pandanganya kembali.

“Jangan mengatakan ucapan seperti itu..” Eun Hyuk bergumam lirih. “Sangat sulit bagiku untuk membedakan mana ucapanmu yang benar kali ini. Penyesalanmu, air matamu, semuanya.. aku tak yakin lagi mana yang benar dan mana yang hanya ingin menipuku lagi. Tolong jangan lakukan apapun lagi mulai sekarang..” ucap Eun Hyuk kemudian. Ia menundukkan wajahnya untuk tidak lagi menatap wajah itu yang ia tahu sedang menangis saat ini merasa bersalah padanya.

“Sekali lagi maafkan aku..” ucapnya bersama suara kaki kursi yang bergeser. Setelah memberikan bungkukkan formal kepadanya gadis itu segera beranjak pergi darisana tanpa membuat suara. Punggung itu menjauh dan pergi.

Sementara di tempatnya Eun Hyuk hanya bisa menatap punggung So Eun bersama sisa-sisa kenangan mereka yang terputar di dalam memorinya seperti sebuah adegan film. Palsu, film-film dengan kisah romantis yang terindah di dunia itu hanyalah sebuah kepalsuan. Hanyalah sebuah mimpi indah yang berakhir memburuk pada akhirnya.

Eun Hyuk mengalihkan pandangannya lagi pada buket bunga yang masih terletak di atas meja dimana bunga-bunga itu melayu seperti hatinya. Perlahan ketika angina meniupnya dengan mudah beberapa kuntum dari mereka melayang dan berjatuhan ke lantai sebelum diinjak oleh orang yang berlalu lalang. Eun Hyuk masih menatap datar kini kelopak-kelopak yang tak lagi putih bersih itu, kini ia terlihat kotor dan menyedihkan. (Evanesce – 751 Words)

EH ❤ SE

Yuhuuu!! Bagian ini selesai dalam waktu sehari. Dan seperti teman-teman lihat ini adalah bagian khusus dari lagu galau dan patah hati di 7 Jib. Bagaimana? Bagaimana? Alur ditentukan oleh lirik lho, jadi apa yang ada disini begitulah penggambarannya kira-kira dari lirik lagu itu sendiri. Dan pemilihan untuk pairing perlagu juga dilakukan acak berdasarkan prosedur yang aku tentukan sendiri.

Dan yup, seperti yang dilihat kalau ini baru part 1 jadi khabar baiknya akan ada rangkaian drabbles part 2 yang terinspirasi dari lagu 7 Jib lainnya dan itu akan menyampaikan sisi yang fresh, ceria, dan bahkan.. DIPROTEKSI lol. Jadi aku mau memberitahukan bahwa pemberian password kali ini akan berbeda, aku akan memberikan password pada reader yang udah komen di postingan ini dan memiliki bukti username ketika meminta Password. Sejujurnya saja aku sedikit kecewa dengan jumlah komentar di FFku yang benar-benar turun belakangan ini sementara jumlah pengunjung malah menaik. Aku benar-benar ingin tahu jumlah komentar yang mungkin bisa aku dapatkan dari pembaca FF yang sebenarnya.

Dan, aku juga mengucapkan selamat ulang tahun untuk si cantik Kim So Eun Unnie. Berharap semoga yang terbaik untuk tahun ini, mendapatkan tawaran yang menarik yang membuat kariernya membaik, dan mulus dalam segala urusan hidupnya apapun itu. Amiiin.

Well, enjoy!!