~ The Chosen Mother Part 3~

on

PhotoGrid_1437362669621

Title       :               The Chosen Mother

Author  :               PrincessClouds/@helloputri228

Genre   :               Romance

Length :               Chapters

Rated    :               PG-15

Main     :               Lee Dong Hae – Kim So Eun – Song Dae Han/ Lee Dae Han

Minor   :               Hwang Mi Young/Tiffany – Park Sun Young – Choi Soo Young

Mention:             Jung Soo Yeon – Seo Joo Hyun – Victoria

Recommended Song:    Mother by. Super Junior D&E

Prompter :          Rahmi AngELFs

Note      :               Usia Dae Han (3yo) disesuaikan dengan kebutuhan cerita (6 yo)

Warning:             Typo(s), alur cepat.

Dong Hae keluar dari shower room setelah ia membersihkan diri. Setelah melilitkan satu handuk berwarna putih di pinggangnya, laki-laki itupun meraih handuk putih lainnya untuk mengeringkan rambut hitam kecokelatannya yang terlihat basah kuyup. Laki-laki itupun segera bergerak keluar dari tempat itu.

Dia mendengar suara sedikit bising samar-samar sebelum ia meraih gagang pintu untuk membukanya, namun saat itu ia tak memperdulikannya. Hingga ketika ia benar-benar membuka pintu kamar mandi itu dan berjalan memasuki kamarnya beberapa langkah ia berhenti. Agak kaget menemukan seseorang berada di kamarnya tepat di depan pintu.

Dong Hae mendengar suara seperti tersentak kaget dari gadis yang menatapnya juga kaget itu. Gadis itu sampai mundur dan membentur pintu di belakangnya sambil menutup mulutnya.

“N-Nona-Kim? K-Kenapa anda berada disini?” Tanya Dong Hae bingung dan reflek begitu saja karena kekagetannya. Sementara gadis itu tampak juga gugup dan kehabisan kata-kata. Wajahnya terlihat memerah walau Dong Hae berada sekitar enam meter dari posisinya.

“I-Itu.. D-Dae Han.. Dia mengunciku disini.” gadis itu bersuara gugup dan sedikit susah.

“Dae Han?” bingung Dong Hae berniat mendekat dan memeriksa pintu itu sendiri. Namun hanya satu langkah ia berhenti, ketika tersadar gadis itu semakin menundukkan wajahnya. Dong Hae seketika memeriksa dirinya sendiri dan ikut tersadar. “M-Maaf. Mohon tunggu sebentar.” Kata laki-laki itu pada akhirnya. Dengan cepat ia membuka lemari dan menarik beberapa potong pakaian sebelum kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk bertukar pakaian.

Sementara itu So Eun seperti baru bisa menemukan ruang untuk bernafas. Gadis itu kini berusaha menormalkan detak jantungnya yang hampir berhenti cukup lama beberapa menit tadi. Tak lupa ia juga memukul-mukul pelan kepalanya guna menyalahkan dirinya sendiri karena bisa jatuh ke perangkap Dae Han untuk kesekian kali.

*The_Chosen_Mother_3*

“Nenek, apakah ayah akan marah padaku?” Dae Han bertanya pelan, sementara matanya tak pernah lepas menatap pintu yang tertutup rapat di depannya dimana tadi dia mengurung So Eun bersama ayahnya. Wanita tua di sampingnya tampak terkekeh.

“Menurutmu?”

“Ayah pasti marah..” Dae Han menghela nafas lesu.

Nyonya-Lee tampak lagi-lagi terkekeh sambil mengacak rambut Dae Han. Hanya beberapa menit tadi dia terkejut ketika salah satu pelayan melaporkan tingkah cucunya itu padanya. Sampai kini ia juga masih belum percaya bahwa cucunya sampai melakukan hal seperti ini.

Ponselnya bergetar tiba-tiba tak lama setelahnya. Ketika wanita itu menelfonnya wanita itu tampak tersenyum menyadari bahwa putranya yang tengah berada di dalam yang menelfonnya.

“Lihat. Ini ayah.” Kata Nyonya besar itu sambil menunjukkan layar ponselnya pada cucunya. Dae Han tampak langsung panik.

“Jangan bukakan dulu pintunya, nenek!!” serunya panik sambil berbisik. Perempuan itu tersenyum sebelum mengangkat panggilan itu.

“Hallo, putraku?”

‘Ibu dimana? Bisa ibu tolong bukakan pintu kamarku? Dae Han… tch, dia mengurungku dan nona-Kim di dalam…’

Nyonya-Kim menahan tawanya. Bayangan wajah putranya saat ini tiba-tiba saja berada di fikirannya.

“Benarkah? Tapi sekarang.. ibu tidak ada di rumah.”

‘Bagaimana mungkin tiba-tiba ibu tak di rumah? Aku tahu ibu ada di depan pintu kamarku ini. Berhentilah bertindak kekanakkan bu, ini bisa merugikan orang lain…’ Dong Hae terdengar cukup frustasi.

“Ibu memang tidak di rumah. Sekarang ibu sedang berada di pusat perbelanjaan yang berada di dekat kantormu..”

‘Ibu…’

“Aish, sudahlah. Ibu sedang sibuk memilih baju. Lagipula ingat pembicaraan kita semalam untuk mencoba dekat dengan wanita pilihan Dae Han? Ibu kira ini waktunya…”

‘Tapi bu—‘

Wanita itu langsung memutus panggilan itu ketika Dong Hae belum selesai bicara. Ia sedikit terkikik, sementara Dae Han menatapnya dengan was-was.

“Apa kata ayah?” Tanya Dae Han. Nyonya besar itu lagi-lagi mengulum senyumannya.

Dong Hae mengerang nafas pelan ketika ibunya memutus panggilan itu dengan sepihak. Dia mencoba menghubungi sekali lagi, namun kini ponselnya itu jadi tak aktif. Hal itu membuat ia lagi-lagi mengerang sedikit kesal.

Sementara itu So Eun yang duduk di salah satu sofa di depannya tampak ikut menghela nafas pelan. Dia sepertinya mengerti apa yang tengah terjadi. “Ibu anda tidak bisa membantu?” Tanya So Eun setelah beberapa lama. Dong Hae menoleh padanya lagi.

“Ya, beliau berkata bahwa beliau sedang tak berada di rumah. Padahal saya yakin kalau beliau masih ada di sekitar rumah ini..“ Dong Hae terlihat mulai gerah dengan situasi ini. Namun terlihat ia masih berusaha menahannya.

“Mungkin beliau memang keluar. Anda tidak perlu berburuk sangka..”

“Mungkin.” Dong Hae balas menggumam mengalah. Walau dia sangat yakin ibunya itu tengah berada di luar saat ini menertawainya dengan Dae Han.

So Eun tampak menghela nafas sambil sesekali curi-curi pandang melirik Dong Hae yang terlihat masih mencari cara keluar dari tempat ini. “Tapi, bukankah seharusnya anda saat ini bekerja? Dae Han berkata bahwa anda tidak akan ada di rumah siang-siang begini.” So Eun bertanya sedikit ragu dan hati-hati.

“Benar, kecuali untuk hari rabu seperti ini. Saya biasanya selalu beristirahat di rumah setiap rabu dan kalaupun ada pekerjaan biasanya saya mengerjakannya di rumah..”

“Begitu..” So Eun menundukkan kepalanya dan memejamkan matanya. Dia benar-benar dikerjai oleh Dae Han. Dari awal dia memang sudah merencanakan semua ini.

“Tapi, apa yang anda lakukan disini? H-Hum, maaf, maksudnya.. bukankah seharusnya anda mengurus toko anda?” balas Dong Hae yang bertanya kini.

“Ya. Tapi Dae Han hari ini tiba-tiba datang ke toko dan meminta saya untuk menemaninya kesini.”

“Tapi dia punya sopir yang bertugas mengantar dan menungguinya hingga pulang. Tch, anak itu..” Dong Hae mengeram kesal sambil memijit dahinya. Anaknya sungguh berbakat membuatnya tua lebih cepat dengan semua kelakuannya.

Sementara So Eun terdiam, ia tak mau melanjutkan ucapan Dae Han yang berkata bahwa mulai sekarang So Eun akan mengantarnya pulang setiap hari karena So Eun akan menjadi ibunya. Tak mungkin rasanya dia mengatakannya pada Dong Hae. So Eun kini mengalihkan pandangannya pada deretan pigura yang tertempel di dinding. Pigura itu sebenarnya sudah menjadi perhatiannya sejak ia berada disini.

“Wanita itu… apakah ibunya Dae Han?” Tanya So Eun bak bergumam. Dong Hae berhenti dari kegiatannya, ia ikut melirik apa yang dimaksud So Eun.

“Benar. Namanya Jung Soo Yeon..” gumam Dong Hae menatap foto perkawinannya yang masih terpajang apik itu.

“Beliau cantik..”

Dong Hae melirik So Eun, senyuman terlihat di wajah begitu saja. “Dia adalah seorang model. Namun, demi saya dan Dae Han dia rela berhenti dari hobinya itu dan mencoba untuk menjadi ibu rumah tangga. Semuanya tak cukup berhasil pada awalnya karena dia tak bisa melakukan apa-apa. Dia sempat stress, walaupun dia bisa melewatinya..” Dong Hae tersenyum kecil mengingat kenangannya bersama istrinya itu. Dimana kini giliran So Eun yang melirik padanya.

“Anda pasti sangat mencintainya…”

Dong Hae hanya balas menatap So Eun dan tersenyum. Ia tak mengatakan apapun. Sementara So Eun tampak memikirkan hal yang lainnya saat ini.

“Anda sendiri bagaimana?”

“H-Huh?” So Eun sedikit tersentak. Kembali menatap Dong Hae.

“Hanya dua hari sejak Dae Han berubah fikirannya terhadap anda namun anda mengalami banyak kesulitan. Apakah semua ini akan baik-baik saja? Bagaimana kalau seseorang yang anda sukai menjadi salah faham karena ini?”

“O-Oh, kalau itu tidak masalah karena saya tidak mempunyai seseorang seperti itu dalam beberapa tahun ini. Terlalu banyak bekerja membuatku tidak punya waktu untuk itu..” So Eun menjawab, walaupun wajahnya memerah dan ia merasa gugup. Dong Hae tersenyum.

“Saya lega kalau begitu. Saya tak ingin apa yang dilakukan Dae Han menimbulkan masalah untuk hidup anda lebih jauh… Walau, mungkin hal seperti mengurung anda begini sudah menimbulkan masalah..” Dong Hae mendesah sambil melirik pintu yang tertutup kokoh yang menjadi permasalahan mereka. So Eun tampak ikut tersenyum melirik pintunya, kalau difikir-fikir ia tetap saja merasa bodoh karena sudah ditipu anak berusia enam tahun seperti Dae Han.

Untuk kedua kalinya malam ini Dong Hae kembali mengantar So Eun pulang. Akhirnya setelah empat jam, akhirnya ibunya mau membukakan pintu untuk mereka. Dong Hae bahkan melirik ibunya dengan sangat kesal ketika ibunya itu berakting seakan-akan dia baru kembali dari tempat yang jauh. Dae Han juga tidak terlihat lagi tadi, mungkin dia segera mengunci dirinya di kamar takut-takut akan dimarahi Dong Hae.

So Eun bisa pulang setelah mereka selesai makan malam. Kali ini kembali mereka hanya ditemani oleh ibu Dong Hae karena Dae Han masih mengurung diri di kamar dan ibunya berkata bahwa anak itu sudah tidur duluan. Jadi akhirnya So Eun baru dapat diantar pulang sekitar jam delapan malam.

Selang dua puluh lima menit akhirnya mobil Dong Hae sampai di depan gedung apartmen So Eun. Laki-laki itu tampak mematikan mobil dan ia melirik So Eun. Namun ia baru sadar kalau perempuan itu tertidur di bangkunya.

“Tch, Dae Han benar-benar membuat repot orang lain lagi.. Hhh, anak itu.” Dong Hae berdecak pelan sambil menggumam. Ia kini bingung harus bagaimana. Apakah dia harus membangunkan So Eun? Benar, tapi Dong Hae sendiri merasa tak cukup enak melakukannya.

Dong Hae hanya diam dalam beberapa menit menunggu So Eun untuk terbangun. Namun sepertinya percuma, karena gadis itu sepertinya sangat kelelahan akibat ulah Dae Han tadi. Satu-satunya cara saat ini adalah membangunkannya. Hanya itu.

Dong Hae masih terdiam, kali ini menatap wajah So Eun sambil terus menimang bagaimana caranya untuk membangunkannya. Nyatanya dia tak melakukan apapun untuk beberapa menit selanjutnya selain menatap wajah So Eun yang tenang. Dong Hae juga tidak tahu, namun ia merasa seperti hanya penasaran saja hingga ia cukup betah memandangi So Eun.

So Eun adalah gadis yang cantik. Dia memiliki kepribadian yang baik. Namun tentu saja, ada nilai lebih dari dirinya yang tak bisa dipandang remeh mengenai caranya untuk menyentuh hati Dae Han. Dong Hae mendengar alasannya adalah karena gadis ini baik hatinya serta pintar memasak sehingga Dae Han menyukainya. Namun apakah itu saja? Bagaimana mungkin hal-hal itu bisa menarik Dae Han secepat itu?

Lalu.. bagaimana dengan dirinya untuk selanjutnya? Hanya dua hari, namun Dong Hae terus memikirkan ini. Tentang bagaimana caranya untuk menyatukan hatinya dengan hati So Eun atas permintaan Dae Han. Apakah itu mungkin? Mengingat mereka masih saling canggung dan sedikit asing satu sama lain.

Darimana dua orang bisa saling menyukai? Bahkan walaupun dia sudah sering menjalin hubungan dengan banyak wanita bahkan pernah menikah dengan salah satunya Dong Hae tidak tahu bagaimana hal itu bisa bekerja. Apakah dengan sering dipaksa bertemu seperti ini hal itu bisa terjadi? Apakah hanya saling memandang seperti yang sejauh ini mereka lakukan? Apakah hal tersebut akan berhasil? Bagaimana kalau hal itu hanya terkesan terlalu dipaksakan dan pada akhirnya mereka malah semakin tidak nyaman satu dengan yang lain.

Ingat.. Ingat… bagaimana caranya dulu ia bisa jatuh cinta pada Soo Yeon? Bagaimana caranya dulu dia sampai memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Tiffany? Apa? Nyatanya semua itu bukan teori? Itu hanya sebuah perasaan alami yang timbul dalam keadaan alami, bukan dengan keadaan aneh seperti ini.

Dong Hae menatap wajah So Eun lagi, jaga-jaga kalau saja gadis itu terbangun dan melihat apa yang dia lakukan. Masih tidur, sangat lelap, sepertinya ia masih terbebas dari kecemasan yang mungkin akan memalukan itu. Namun kini Dong Hae memutuskan untuk mencoba lebih jauh. Sehingga dengan hati-hati salah satu jemarinya bergerak. Berniat untuk menyentuh salah satu jemari So Eun untuk sekedar merasakan apakah mungkin ada aliran listrik untuknya disana. Namun ketika ujung jemarinya akan menyentuh kulit itu, tiba-tiba suara ponsel mengagetkannya dan membuatnya menarik tangannya lagi. So Eun juga langsung terbangun.

“Uhhh..” So Eun membuka mata dan sentak ia langsung kaget. Ia memandang Dong Hae yang saat ini tampak sibuk berbicara dengan seseorang dengan ponselnya. So Eun baru sadar kalau ia tak sengaja tertidur dan itu… sangat memalukan.

“Baiklah, saya akan hubungi nanti. Terima kasih.” Dong Hae menyelesaikan pembicaraan singkatnya lewat telefon. Ia mengantongi ponselnya lagi dan melirik So Eun. Dimana So Eun terlihat sibuk mengendalikan kegugupannya dan merangkai kata-kata yang akan diucapkan.

“S-Sepertinya saya tertidur. M-Maaf, tuan..” pada akhirnya hanya itu yang keluar. Dong Hae menoleh padanya, tersenyum.

“Tidak apa-apa, nona. Anda pasti sangat lelah setelah apa yang terjadi hari ini..”

So Eun balas tersenyum kaku. Ia masih berusaha untuk menghilangkan kegugupannya saat ini. “A-Apakah kita sudah lama sampai?” Tanya So Eun sambil memeriksa jam tangannya. Ia mendesah begitu menyadari kalau ini sudah lewat dalam beberapa menit. Berapa lama Dong Hae menunggunya terbangun? Sepuluh menit? Tiga belas menit? Tidak, hampir dua puluh menit sepertinya.

“Hanya sekitar lima menit. Tadi ketika anda tertidur kita sempat terjebak macet sebelum memasuki apartment ini..” Dong Hae seperti membaca situasi. Ia dengan cepat membuat kebohongan kecil yang setidaknya untuk menutupi juga tindakan yang tak seharusnya ia lakukan tadi.

“B-Begitu? Tapi lima menit cukup lama untuk menganggu waktu sibuk anda.”

“Tidak sama sekali.”

“Ya sudah, saya turun dulu. Anda sepertinya harus segera pergi ke suatu tempat..” So Eun mencoba tersenyum lagi pada Dong Hae walau masih terlihat kaku. Dong Hae tampak hanya balas tersenyum kepadanya. “Sekali lagi terima kasih karena telah mengantarkanku pulang. Berhati-hatilah di jalan, tuan. Selamat malam..”

“Selamat malam..”

Keduanya akhirnya berpisah disana. Dong Hae tampak meninggalkan tempat itu setelah memberikan senyuman yang terakhirnya pada So Eun. Sementara So Eun masih melakukan kebiasaannya yaitu dengan memandang mobil putih itu sampai menghilang dan jemari yang menyentuh dadanya yang berdetak kencang.

Setelah hari itu So Eun tidak bertemu Dong Hae selang lebih dari seminggu. Dae Han memang datang dan menemuinya setiap hari dan memintanya mengantarkan pulang namun karena Dong Hae selalu bekerja jam segitu mereka sama sekali tak bertemu. Sebenarnya ia tentu punya kesempatan kalau dia datang pada hari rabu, namun demi harga dirinya pada hari itu dia berpura-pura sibuk agar tidak diganggu Dae Han.

Hingga suatu hari pembicaraan ini dibahas oleh Dae Han yang selalu bertamu ke tokonya sepulang anak itu sekolah.

“Sudah beberapa hari kau dan ayah tidak bertemu. Kalau seperti ini, ayah bisa-bisa direbut bibi centil lagi..” begitulah celotehan seenaknya Dae Han yang sukses membuat So Eun hampir tersedak minuman. Ia melirik bocah kecil yang terlihat dilemma itu seakan masalah ayahnya dan So Eun yang tak bertemu selama beberapa hari itu lebih genting daripada masalah pemanasan global.

“Ayahmu kan sibuk… aku juga sebenarnya kalau saja kau tidak mengganggu setiap hari.” So Eun menyela cepat.

“Tapi kalau begini kapan kau menjadi ibuku!” Dae Han cemberut. “Nanti ayah malah semakin sibuk dan berkunjung ke luar negeri. Nanti dia malah jatuh cinta sama bibi-bibi pirang dari luar..”

“Tch, aku selalu ingin mengatakan ini sejak lama tapi kutahan karena aku tak mau kau marah tapi… Dae Han, kenapa kau terus membicarakan ayahmu seperti itu seakan-akan dia akan memacari semua orang yang ditemuinya. Kau tahu, orang bisa salah faham kalau kau membicarakan ayahmu seperti itu.”

“Ayah memang begitu. Pacarnya banyak dan berganti-ganti..”

So Eun terkekeh geli. Entahlah, Dae Han selalu memberikan deskripsi yang berlebihan terhadap Dong Hae yang kadang-kadang membuatnya geli untuk membayangkan hal tersebut dilakukan oleh laki-laki karismatik seperti Dong Hae. Dae Han terlalu hiperbola mendeskripsika Dong Hae kadang-kadang.

“Tidak bisa begini. Aku harus membuat kau dan ayah bertemu lagi..” Dae Han tiba-tiba berkata optimis kembali. So Eun menoleh padanya heran.

“H-Huh? Apa yang mau kau lakukan?”

“Hari ini aku tidak akan pulang sampai dijemput ayah.”

“Huh?”

Petir samar-samar menggelengar, pertanda akan turunya hujan. Sementara malam juga kian beranjak akan berganti hari dalam beberapa menit. Pukul sebelas lima puluh malam, So Eun melirik arlojinya.

Sementara itu So Eun terlihat cemas. Beberapa kali ia memeriksa keluar kalau saja Dong Hae benar-benar datang untuk menjemput Dae Han. Sebentar lagi hujan, akan semakin rumit kalau sampai hujan turun sementara dirinya dan Dae Han terjebak disini hanya berdua.

So Eun melirik Dae Han yang tertidur di salah satu meja pengunjung dimana ia biasa duduk. Bocah itu sudah tidur hampir tiga jam, posisinya sama sekali tidak nyaman karena ia harus menumpu kepalanya pada meja kayu tersebut. Bagaimana kalau Dae Han malah sakit tubuhnya besok ketika terbangun?

“Sebaiknya kubawa pulang sebelum benar-benar hujan. Nanti bagaimana kalau tuan-Dong Hae tidak bisa datang dan taksi sulit dijumpai. Dae Han bisa sakit kalau semalaman disini.”

So Eun akhirnya memutuskan. Gadis itu dengan cepat kembali ke meja yang tadi untuk mengambil tas miliknya dan Dae Han. Tak lupa ia membuka sweater yang digunakannya untuk menyelimuti Dae Han lalu ia menggendong bocah itu di punggungnya. Berat, karena memang Dae Han bocah sehat yang makannya bahkan terlalu banyak untuk anak seusianya.

Dengan susah payah So Eun membawa Dae Han setelah mengunci toko miliknya. Gerimis sudah mulai turun, sementara ia harus berjalan ke halte depan untuk mencari taksi yang akan membawa mereka pulang. So Eun menjadi lebih cemas.

“Apakah ada taksi yang lewat tengah malam begini? Tch, ini kali pertamaku pulang kerja jam segini dan aku tak tahu sama sekali..” So Eun menggumam sambil sedikit susah payah menyeret langkahnya menuju halte yang entah kenapa rasanya jauh sekali. Basah air gerimis sudah mulai membasahi tubuhnya dan Dae Han. “Aku seharusnya melarang anak ini tadi. Kalau dia sakit, ini akan menjadi salahku..”

So Eun akhirnya sampai di halte dan mulai berusaha mencari taksi. Ia masih menggendong Dae Han dipunggungnya berharap agar mempercepat kalau nanti ada taksi yang datang. Ia lagi-lagi cemas karena tak melihat satupun taksi dari kendaraan yang hilir mudik.

Ditengah kecemasannya tiba-tiba ada yang menabrak mereka dari samping. Tidak keras sama sekali, namun berhasil mengagetkan So Eun. Apalagi ketika ia merasakan tasnya tadi ditarik paksa.

“Tetap tenang, nona..” orang itu berbisik sambil terkekeh ketika So Eun tersentak. Hal yang lebih membuatnya cemas kini adalah ketika merasakan sesuatu yang tajam ditempelkan ringan pada perutnya. P-Pisau?

“A-Apa yang kalian inginkan?” So Eun berusaha untuk tetap tenang. Dia takut kalau saja orang-orang ini berbuat nekat.

Laki-laki di belakangnya terasa menyeringai, lalu menyerahkan tas So Eun yang dirampasnya tadi pada rekannya. So Eun dapat melihat dari sudut matanya kalau mereka memeriksa isi tasnya tersebut.

“Woah, seperti dugaanku. Dia pemiliki toko roti itu. Ada kuncinya di dalam, kurasa kita bisa menyelinap masuk ke dalam dan menguras isinya..”

“J-Jangan—“

“Ssst, tenang.” Laki-laki yang masih berada di belakangnya lagi-lagi memperingatkannya sambil menempelkan pisau itu kembali di perut So Eun. So Eun lagi-lagi harus berusaha menahan nafas. “Kalungmu terlihat cukup berharga. Antingmu juga..” katanya tak lama. “Lepas.”

“T-Tapi…”

“Jangan khawatir, aku bisa bantu memegang anakmu—“

“T-Tidak!!” So Eun berteriak kaget ketika orang itu menarik Dae Han paksa darinya. Hal itu membuat Dae Han terbangun dan ia langsung merengek.

“Tch, responmu berlebihan sekali nona. Kami juga tidak akan menculiknya..” kedua orang itu terkekeh. Mereka tak peduli pada Dae Han yang meronta di pegangan mereka. Mereka malah terkekeh melihatnya. “Tenang, atau kau mau kutusuk dengan ini, huh?” ancamnya tanpa perasaan sambil menunjukkan benda tajam itu tepat ke depan wajah Dae Han. Dae Han langsung tersentak dan menahan suara tangisnya.

“Kalian keterlaluan. Bagaimana mungkin kalian memperlakukan anak kecil seperti itu. Lepaskan dia!”

Dua anak muda yang sepertinya sudah sangat mabuk itu lagi-lagi tertawa. Pisau tadi masih mereka mainkan di depan wajah Dae Han seakan itu adalah hal yang lucu. “Sebenarnya kami hanya berniat mencuri, tapi kenapa sekarang ini jadi menyenangkan. Nona, karenamu kami jadi berfikir kalau mungkin kami bisa menculiknya dan menghasilkan lebih banyak uang. Lihat, seragam sekolahnya saja seragam elit begini..”

“Cukup! Lepaskan dia. Tolong, kumohon. Aku akan berikan apa yang kalian mau.” So Eun mulai benar-benar cemas dan bingung. Dengan tangan gemetar ia melepas semua perhiasan di tubuhnya dan menunjukkan pada mereka. “Ini yang kalian mau bukan? Aku akan berikan tapi berikan dia padaku..”

“Woah, noona kau terlihat cantik begitu melepas perhiasanmu. Aku penasaran seperti apa kau terlihat begitu melepas bajumu..” dua orang itu kembali tertawa melecehkan keadaan So Eun yang kebingungan. Sementara Dae Han mulai kembali sesegukan dan merengek ketakutan.

“So Eun… aku takut…”

“Nah, lihat noona dia ketakutan. Kau mau membiarkannya terus seperti ini, huh?”

“Tolonglah, apa lagi yang kalian inginkan? Kalian sudah mendapat hampir seluruh harta benda berhargaku. Sekarang lepaskan anak itu..” So Eun kembali memohon seperti patah harapan. Dia takut kalau dua bocah berandalan yang mabuk ini melakukan hal yang tidak-tidak pada Dae Han. Sementara lihat, Dae Han terlihat begitu ketakutan disana. “Kumohon… lepaskan dia.”

“Berikan kami sedikit hiburan maka kami akan melepaskannya..”

Ditengah kecemasan dan ketakutan So Eun tiba-tiba saja dari arah belakang penjahat datang beberapa orang yang membantu. Orang-orang itu segera mengamankan dua orang mabuk itu sehingga Dae Han dapat melepaskan diri. So Eun pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk segera menghampiri Dae Han yang lari padanya.

Dan So Eun hanya memeluk Dae Han ketika dua penjahat tadi berhasil diringkus oleh beberapa orang yang melihat kejadian itu. Hujan sudah mulai turun bersama air mata So Eun yang tak berhenti menetes. Tangannya terus memeluk Dae Han yang meringkuk ketakutan.

Sekitar pukul dua ketika Dae Han baru saja bisa menutup matanya kembali suara bel apartemennya berbunyi. So Eun yang sebelumnya masih menatapi Dae Han dan menangis ketakutan ketika mengingat kejadian itu segera beranjak. Ia berharap kalau itu adalah Dong Hae karena ia pernah memberikan alamatnya pada Dong Hae di hari mereka terjebak dalam satu kamar.

Setelah memastikan Dong Hae lah yang datang So Eun segera membukakan pintu. Benar saja, Dong Hae yang terlihat kelelahan dan cemas berdiri di depan apartemennya.

“Apa Dae Han ada disini?” Tanya Dong Hae cemas. So Eun tampak hanya mengangguk, ia belum mampu mengatakan apapun karena perasaannya yang belum membaik. “Tch, maaf nona-Kim.. tapi, lain kali kalau Dae Han melakukan hal yang tidak-tidak seperti ini sebaiknya anda menolaknya. Saya terkadang tak punya waktu untuk hal-hal seperti ini karena pekerjaan saya di kantor. Seperti saat ini, saya harus segera kesini setelah lembur seharian dan dikejutkan dengan laporan kalau Dae Han belum juga pulang.”

“M-Maaf, tapi.. saya belum sempat menyimpan nomor ponsel anda.” So Eun menggumam pelan, menunduk. Ia berusaha menyembunyikan perasaan yang melingkupinya sejak beberapa jam ini. Kali ini sepertinya Dong Hae mulai membacanya.

“M-Maaf, saya tidak berniat kasar. Hanya saja..” Giliran Dong Hae yang salah tingkah. Kenapa So Eun sepertinya malah menangis? Apa kata-katanya tadi terlalu kasar? “Maaf, saya benar-benar tak menyalahkan anda dalam hal ini. Saya hanya terlalu lelah dan cemas jadi..”

“Tidak, ini memang salahku..” So Eun tiba-tiba saja mulai hilang kendali akan perasaannya sendiri. Ia menangis, walau masih menahannya dengan menutup mulutnya. “Saya harusnya tidak menyetujui ucapannya tadi sehingga semua ini tidak terjadi. Anda tidak perlu harus cemas dan khawatir, juga Dae Han… dia tak perlu mengalami hal buruk seperti tadi.”

“Hal buruk?” Dong Hae bertanya penasaran. Ia mulai mencoba kembali pada topic setelah beberapa detik sempat kaget karena So Eun menangis tiba-tiba.

“M-Maaf tuan, tadi ketika aku ingin membawa Dae Han pulang tiba-tiba ditengah jalan kami sempat mengalami perampokan. Mereka bahkan sempat merenggut Dae Han dan mengancamnya dengan pisau sehingga Dae Han sangat ketakutan. Dia terus menangis dalam beberapa jam dan baru saja bisa tertidur sekitar lima belas menit yang lalu..”

“A-Apa?” Dong Hae tentu saja kaget. Bahkan ia seperti lupa bahwa ini bukan rumahnya laki-laki itu segera masuk ke dalam untuk melihat keadaan Dae Han. Ia menghampiri Dae Han yang tertidur di kamar So Eun dan memeriksanya. Wajahnya terlihat cukup serius melihat beberapa memar di lengan dan leher buah hatinya itu.

“Maafkan saya. Saya seharusnya bisa menjaganya lebih baik. Saya seharusnya tidak membawa dia ke dalam bencana seperti tadi. Maafkan saya..” So Eun kembali mendekat dan menangis di ambang pintu kamar. Dong Hae melihat jelas kalau gadis itu juga ikut terguncang dengan kejadian yang mungkin sangat menakutkan bagi keduanya itu. Ia tiba-tiba menyesal karena tidak datang lebih awal dan tertahan karena pekerjaannya.

So Eun terus menangis, bahkan air matanya tak mau berhenti karena ketakutan. Dong Hae pun mulai terusik dan mendekat padanya. Apalagi begitu melihat So Eun juga memiliki luka memar di lengannya yang saat ini tengah berusaha menghapus air matanya walau air itu terus bercucuran membasahi pipinya.

“Ini salahku… aku tak seharusnya menyetujui ucapannya tadi..”

So Eun terus menangis dan menyalahkan dirinya. Namun Dong Hae mendekat, meraih lengan gadis itu dengan salah satu lengannya sementara yang lain meraih bahu So Eun. Dong Hae mengusap bahu itu pelan ketika gadis itu menangis di bahunya.

“Itu kecelakaan, itu sama sekali bukan salah anda. Justru beruntung karena tadi anda ada disana dan melindungi Dae Han. Saya bersyukur untuk hal itu..” ucap Dae Han berusaha menenangkan. So Eun tampak mengangguk dan berusaha menghentikan air matanya walau yang ada ia masih terus menangis sesegukan akibat rasa takut yang belum bisa hilang dari fikirannya.

Dong Hae pun terus mengusap bahu So Eun untuk menenangkannya.

Akhirnya karena keadaan, malam itu Dong Hae dan Dae Han menginap di apartment So Eun. So Eun menemani Dae Han di kamar sementara Dong Hae menempati sofa di ruang tengah. Adapun sebenarnya semalaman mereka juga tidak sepenuhnya bisa memejamkan mata. Keduanya sepertinya masih larut dalam pemikiran masing-masing mengenai apa yang semalam terjadi.

Paginya So Eun terlihat sudah menyiapkan sarapan untuk keduanya. Dong Hae saat ini tengah membersihkan diri di kamar mandi sementara Dae Han masih belum terbangun dari tidurnya. Kalau seperti ini bukankah mereka sudah terlihat seperti sebuah keluarga yang sebenarnya.

Hanya beberapa menit Dong Hae terlihat selesai mandi dan menampakkan diri di dapur. Senyuman terlihat di wajahnya melihat So Eun yang terlihat sedang sibuk menyiapkan sarapan.

“Aromanya wangi sekali..”

So Eun tampak sedikit kaget. Ia langsung berbalik ke belakang dan tersenyum canggung. Sementara Dong Hae menarik salah satu bangku di depan meja makan. “Terima kasih, tuan. Hum, anda mau dibuatkan minuman? Tapi.. kalau anda ingin minum kopi anda mungkin harus menunggu sebentar karena saya harus membeli dulu ke minimarket depan.”

“Ya, biasanya setiap pagi saya selalu minum kopi. Tapi untuk hari ini tidak apa-apa, saya tidak mau merepotkan anda…”

“Tidak merepotkan sama sekali. Tunggu, saya akan buatkan teh saja bagaimana?”

“Ya, teh juga bagus.”

Keduanya kembali membagi senyuman sebelum So Eun meninggalkan pekerjaannya sejenak dan mulai membuatkan minuman untuk Dong Hae. Sementara itu Dong Hae hanya memperhatikannya sambil sesekali mengalihkan pandangan ke sekitar dapur.

“Apa hari ini anda tidak bekerja?” Di tengah kegiatannya So Eun mengajukan pertanyaannya. Hal itu membuat Dong Hae melirik lagi padanya.

“Ya. Tapi mungkin hari ini bisa masuk lebih siang. Saya tidak mungkin meninggalkan Dae Han disini..”

“Sebenarnya tidak apa-apa. Saya bisa mengantarnya nanti. Hum, itupun… kalau anda masih percaya pada saya setelah kejadian semalam…” So Eun menggigit bibir bawahnya, agak ragu melanjutkan ucapannya. Dong Hae lagi-lagi tampak tersenyum di belakang.

“Tentu saya percaya. Hanya saja, saya hanya memastikan sendiri bagaimana keadaan psikis Dae Han setelah kejadian semalam. Juga, dia pasti akan lebih senang kalau pagi ini saya ada di sekitarnya setelah kejadian semalam..”

So Eun yang membelakangi Dong Hae tersenyum diam-diam. Untuk keberapa kalikah dia kagum pada pemikiran laki-laki di belakangnya ini? So Eun bahkan tak bisa menghitung lagi. “Benar. Kalau bisa anda harus membawanya ke psikolog untuk memeriksa jiwanya. Jangan sampai Dae Han terlalu terguncang karena kejadian semalam..” So Eun menyelesaikan pekerjaannya dan berbalik sambil membawa cangkir teh tadi kepada Dong Hae. Ia meletakkannya di depan Dong Hae.

“Ya. Tapi saya masih berharap kalau Dae Han tak setertekan itu. Selama ini dia memahami betul kalau anak laki-laki tidak boleh mudah takut akan sesuatu. Saya masih berharap dia menanamkan ajaran itu dalam fikirannya…”

“Fikiran seorang ayah memang berbeda dengan fikiran yang diambil oleh kaum ibu..” So Eun bergumam kecil dan tersenyum. Ia lalu segera kembali pada masakannya yang ia tinggal dalam beberapa menit.

“Anda sendiri bagaimana? Apa hari ini tidak ke toko?” Dong Hae bertanya setelah menyesap tegukan pertama teh buatan So Eun. Kini ia kembali menatap punggung So Eun.

“Sepertinya hari ini tidak. Saya harus ke kantor polisi untuk memenuhi panggilan atas kejadian semalam sebagai saksi. Lagipula hari ini rasanya hanya ingin beristirahat sampai perasaan dan fisik membaik kembali..”

“Saya rasa itu pilihan tepat.” Dong Hae mengangguk setuju. “Anda ke kantor polisi jam berapa? Saya akan antarkan ketika membawa Dae Han pulang.”

“Dengan senang hati kalau anda tidak merasa terbebani..”

Selang beberapa detik pembicaraan mereka terhenti begitu mendengar suara rengekan Dae Han. Hal itu membuat Dong Hae segera bangkit dari tempat tidurnya dan menghampiri buah hatinya itu ke dalam kamar So Eun.

“Hikss… ayah….” Dae Han merengek risih karena menemukan dirinya bangun di tempat yang asing. Apalagi lagi karena ia tak melihat siapapun di sekitarnya. Bocah kecil itu jadi ingat kejadian semalam takut-takut kalau dia diculik oleh orang itu ke tempat ini. “Ayah…”

Pintu terdengar terbuka sehingga membuat bocah itu menoleh kesana. Ia sesegukkan, terlihat mengatisipasi siapa yang akan muncul darisana. Namun tak lama ia melihat seseorang yang sangat dikenalnya.

“Selamat pagi, jagoan. Kau sudah bangun?”

“Ayah..”

Dong Hae tersenyum melihat Dae Han merengek sambil merentangkan tangannya minta digendong. Ia pun mendekati putranya dan memeluknya sambil mengusap punggung sang putra.

“Tch, jagoan mana boleh menangis..” Dong Hae terkekeh sambil terus memeluk buah hatinya. Namun Dae Han malah lebih bermanja-manja pada dirinya dan terus sesegukkan.

“Dae Han fikir tidak akan bertemu ayah lagi…”

“Kitakan tinggal satu rumah. Bagaimana mungkin kau tidak akan melihatku…”

“Dae Han hampir dibunuh tadi malam. Tapi karena So Eun…” Dae Han seperti teringat sesuatu sehingga ia melepas pelukannya pada Dong Hae dengan sedikit panik. “Mana So Eun? Dia baik-baik saja?”

“Ya, kalau tidak siapa yang akan membawamu kesini, huh?”

Dae Han membiarkan Dong Hae menghapus air matanya sementara ia seperti memeriksa sekitar kamar. Ia baru ingat bahwa semalam dia sempat berada di ruangan ini sebelum jatuh tertidur. Dia terus menangis sementara So Eun terus menenangkannya dan membujuknya untuk tidur.

“Ini rumah, So Eun?”

“Yup. Dia sudah ada di luar dan sudah menyiapkan makanan yang enak untukmu..”

“Benarkah?” Dae Han tersenyum senang. “Tapi… kenapa ayah disini?”

“Semalam ayah mencemaskanmu hingga itu sebabnya ayah mencarimu kesini. Nah, setelah apa yang terjadi ini maka ayah ingin kau lebih berhati-hati lain kali. Sebaiknya jangan melakukan tindakan semaunya yang berbahaya seperti ini lain hari lagi, mengerti? Kasihan Nona-Kim dia kesusahan karena tingkahmu..”

“Iya ayah..” Dae Han lagi-lagi hanya menunjukkan tabiatnya yang hanya ia tunjukkan pada Dong Hae sejauh ini. Yaitu mengangguk dan menurut tanpa satupun bantahan. “Semalam Dae Han takut sekali. Untung ada So Eun yang menjagaku…” Dae Han kembali mengadu manja sambil memeluk Dong Hae.

“Oleh sebab itu kau harus segera meminta maaf dan berterima kasih padanya. Berjanjilah untuk tidak menyusahkan dan membuatnya sedih lain kali..” Dong Hae bergumam lembut sambil mengusap lembut punggung Dae Han.

“Baik. Ayo kita temui So Eun..” Dae Han melepas pelukan itu lagi dan bersiap-siap keluar kamar.

“Belum. Tunggu dulu. Kau harus mandi dulu sebelum keluar…”

Dae Han menghela nafas namun ia menganggukkan kepalanya patuh. Dong Hae lagi-lagi gemas dan mengacak rambut putranya.

Ketika Dong Hae dan Dae Han kembali ke meja makan So Eun terlihat sudah menghidangkan makanan. Aromanya yang begitu menggugah selera membuat Dae Han semakin bersemangat untuk menghampiri gadis cantik itu.

“So Eun!”

“Ahh..” So Eun tiba-tiba meringis ketika dipeluk Dae Han dari belakang. Hal itu tentu saja membuat bingung Dae Han dan Dong Hae yang berada di belakangnya.

“Kenapa? Apa pelukan Dae Han menyengat seperti listrik?” Dae Han bertanya polos. Sementara Dong Hae juga meliriknya serius.

“Apa ada yang terluka?”

“So Eun terluka?” Dae Han membeo dengan wajah shock. Matanya membesar panik. “So Eun, apa yang terluka?” Tanya Dae Han sambil memeriksa So Eun. Bocah yang cukup pintar itu menaikkan kaos So Eun hingga menampakkan sedikit perutnya. So Eun tentu saja kaget dan dengan cepat menurunkannya kembali – walau terlambat karena Dong Hae juga sempat melihatnya. “SO EUN TERLUKA!!” Dae Han berteriak panik melihat ada plester di perut bagian bawah So Eun. So Eun terlihat semakin gugup.

“I-Ini.. B-Bukan…”

“Apa yang terjadi? Apa anda sempat terkena senjata mereka?” giliran Dong Hae yang bertanya dengan ekspresi serius.

“SO EUN TERKENA PISAU PENJAHAT ITU??!!” Dae Han lagi-lagi berteriak dengan penuh hysteria. Hal itu seakan tak memberikan celah bagi So Eun untuk mengatakan sesuatu. “AYAH, BAGAIMANA KALAU SO EUN MATI KARENA KEHABISAN DARAH!!”

“I-Ini bukan luka. Ini hanya gores.” So Eun akhirnya menyela ditengah kepanikan. Dia tersenyum canggung dan tak enak pada Dong Hae yang terlihat serius.

“Gorespun juga termasuk luka. Dia bisa kena infeksi.”

“YOO GEUN BILANG KALAU KAKI SESEORANG KENA INFEKSI MAKA KAKINYA BISA DIPOTONG. BAGAIMANA KALAU PERUT SO EUN JUGA DIPOTONG!!”

“I-Ini benar-benar tidak seburuk itu. Ini hanya goresan biasa karena semalam saya menggunakan baju yang cukup tipis sehingga sedikit meninggalkan bekas. Jangan khawatir ini tak apa-apa..” So Eun beralih pada Dae Han dan mengacak rambutnya. “Aku tidak apa-apa. Jangan cemas…”

“Benarkah?”

“Hum…”

“Dilihat dari semua bekas yang disebabkan oleh pelaku mereka jelas sangat berbahaya. Mereka sepertinya tidak bercanda sama sekali dengan apa yang mereka lakukan..” Dong Hae menggumam pelan, terlihat masih serius dengan ucapannya. “Mereka benar-benar harus diberi balasan yang setimpal agar tidak melakukan hal seperti ini lagi di masa mendatang..”

“Mereka hanya anak muda yang mabuk. Sepertinya mereka hanya kehilangan kesadaran mereka karena terlalu banyak minum.”

“Walaupun begitu hal itu sama sekali tak bisa dijadikan alasan. Negara ini punya aturan, apapun yang terjadi mereka harus membayar apa yang mereka lakukan…”

“Ayah bahkan semalam mereka menyuruh So Eun untuk buka baju. Lalu–”

So Eun terkesiap kaget dengan pernyataan tiba-tiba Dae Han. Ia dengan cepat membekap mulut Dae Han agar tidak melanjutkan ucapannya. Jadilah bocah itu kini berontak di pelukannya.

“I-Itu bukan apa-apa, tuan. Jangan dengarkan..” So Eun tertawa meringis kepadanya.

Sementara Dong Hae tampak cukup kebingungan dengan lanjutan ucapan Dae Han. Namun hal itu tak bertahan cukup lama di dalam fikirannya setelah perhatiannya tertuju pada apa yang saat ini So Eun dan Dae Han lakukan di depannya. Dong Hae masih belum terbiasa melihat Dae Han bisa dekat dengan orang lain selain dirinya dan ibunya namun kini ia melihat bagaimana bahagianya anak itu berada di dekat So Eun. Di titik ini Dong Hae seperti mengerti mengapa Dae Han pada akhirnya memilih So Eun.

Dong Hae dan So Eun kembali ke kehidupan mereka masing-masing setelah hari itu. Keduanya bisa dibilang sangat lega karena kejadian itu tak terlalu mempengaruhi Dae Han sehingga mereka bisa melanjutkan hidup mereka dan menjadikan hal itu sebagai pembelajaran. Dae Han juga sepertinya juga memetik pembelajarannya sendiri setelah kejadian itu.

Hari ini kembali adalah hari yang melelahkan bagi Dong Hae karena ia harus dihadapkan dengan pekerjaannya yang menumpuk. Sejak pagi laki-laki itu terlihat sangat fokus pada sebuah pekerjaan yang sepertinya sangat penting demi kelangsungan perusahaannya. Ia akhirnya bisa menarik nafas lega setelah jam makan siangnya yang juga terlambat tiga jam dari jadwal seharusnya.

Tinggalah kini ia sendirian menghabiskan makan siang yang dibelikan oleh sekretarisnya. Ia terlihat bosan, atau lebihnya ia selalu tak bersemangat ketika ia sadar dari pekerjaannya sejenak seperti ini dan menemukan ia sendirian memakan makan ini. Bahkan seberapa enaknya makanan yang dipesankan dari restoran ternama ini ia sama sekali tak bergairah karena saking bosannya.

Bosan mengunyah, Dong Hae akhirnya mulai memeriksa ponselnya untuk menemukan sesuatu yang mungkin bisa menarik perhatiannya sejenak sebelum ia harus kembali bekerja. Dan disaat itu ia terhenti di sebuah nama. Nama yang beberapa bulan ini sebenarnya tak terlalu asing ia temukan di saat-saat seperti ini. Tiffany.

Dong Hae berhenti makan sepenuhnya dan melirik nama itu. Ia menatapnya dalam beberapa saat seperti memikirkan sesuatu. Namun, tak lama ia tampak menggelengkan kepalanya pelan. Ia lalu meletakkan ponsel itu lagi dan lanjut menghabiskan makanannya.

Di sebuah minggu pagi, Dae Han tiba-tiba mengajak Dong Hae yang sedang libur untuk berpiknik bersamanya. Bocah itu juga langsung mengatakan bahwa dia mengajak So Eun, sehingga ia bisa merasakan piknik bersama keluarga seperti teman-temannya dan membuat Dong Hae dan So Eun lebih akrab dan dekat lagi. Dong Hae juga langsung menyanggupinya waktu itu. Dia sepertinya sudah terbiasa dengan keinginan anaknya yang ingin menjodohkannya dengan wanita faforitnya itu.

Jadi disinilah mereka saat ini. Berada di alam terbuka yang luas bergabung bersama ratusan orang lainnya. Sebuah karpet dibentangkan di salah satu sudut dimana So Eun dengan keranjang pikniknya tampak sibuk menata makanan untuk mereka.

Sementara itu Dong Hae terlihat bermain bola dengan putranya tak jauh darisana. Ia hanya menemani putranya sekitar dua puluh lima menit sebelum berhenti dan kembali ke post pikniknya. Sementara Dae Han terlihat melanjutkan mainnya dengan beberapa anak sebaya disana.

“Saya sudah tidak ingat berapa lama rasanya tidak melakukan ini. Ternyata cukup menyenangkan..” Dong Hae bersuara setelah meneguk minumannya. Bermaksud membuka pembicaraannya dengan So Eun yang masih sibuk menata hidangan.

“Tentu saja, apalagi anda piknik bersama putra anda satu-satunya..” So Eun tersenyum dan menyahut sambil melirik Dong Hae. Dong Hae balas tersenyum padanya.

“Benar. Rasanya apa yang membebani fikiran bisa hilang walau hanya sejenak. Mungkin menjadi semangat untuk kembali beraktifitas esok hari..”

“Benar.”

Dong Hae tersenyum dan kembali melirik sekitarnya. Ia terlihat begitu menikmati suasana segar disini. Apalagi melihat Dae Han yang bermain gembira tak jauh dari mereka. Sementara itu So Eun tampak ikut senang melihat Dong Hae yang terlihat menikmati keadaan ini. So Eun tahu bahwa sehari-harinya laki-laki itu menghadapi banyak masalah baik itu pekerjaan ataupun putranya, melihat Dong Hae bisa nyaman seperti ini entah mengapa membuatnya ikut senang.

Dong Hae melirik So Eun lagi tak lama setelah So Eun mulai bekerja. Ia memperhatikan pekerjaan So Eun.

Kimbab. Makanan yang selalu dibawa orang-orang ketika mereka akan berpiknik. Sungguh hidangan yang sempurna untuk moment ini…”

“Ya, itu sebabnya saya mempersiapkan semua ini. Saya bahkan sengaja mempersiapkan semua ini disini jadi rasanya akan menjadi lebih fresh..”

“Ya, terlihat fresh sekali..”

Dong Hae melirik So Eun yang masih fokus bekerja. Ia terlihat memikirkan sesuatu sebelum kembali bersuara. “Bagaimana perkembangan kasus perampokan kemaren?” Tanya Dong Hae tak lama. So Eun tampak mengangkat wajahnya lagi menatap padanya.

“Hum, ya… sedang dalam proses penyelidikan. Saya dengar bahkan ada beberapa korban yang mengadu dan semakin membantu semuanya berjalan lebih cepat…”

“Baguslah. Mereka perlu diberi pelajaran agar jera..” Dong Hae mengangguk, tak lama ia melirik So Eun lagi lebih lama seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun ia terlihat ragu. “Juga, sebelumnya saya minta maaf karena menanyakan ini. Hanya saja, beberapa hari ini terfikir begitu saja setelah apa yang Dae Han katakan tempo hari. Hum… Nona-Kim, apa malam itu selain perampokan, penodongan, dan pengancaman terjadi tindakan kriminal lain? Terutama… yang terjadi langsung pada anda?”

“Huh? Maksudnya?”

Dong Hae menghela nafas, masih terlihat ragu mengemukakan pertanyaannya. “M-Maksudnya… maaf, apa.. mereka melakukan sejenis pelecehan seksual atau…” Dong Hae menggantung ucapannya agar So Eun mengerti. Ya, So Eun mengerti. Dimana ia langsung menyahut.

“T-Tidak. Itu sama sekali tak terjadi!” So Eun menyahut agak cepat dengan wajah sedikit memerah. Ia sampai sedikit berteriak karenanya. “Yang terjadi hanya… ya, sejenis pelecehan ringan namun hal tersebut sama sekali tak terjadi karena bantuan segera datang. B-Begitulah…”

“B-Baguslah. Sebenarnya saya terus memikirkan hal ini setelah Dae Han menyebutkannya malam itu. Saya sangat khawatir karena ya… ini tetap ada hubungannya dengan saya dan Dae Han. Saya akan sangat merasa tak enak kalau anda mendapatkan dampak yang terlalu serius karena itu. Apalagi melihat anda terlihat sangat terguncang malam itu…”

Dong Hae membeku tiba-tiba karena ucapannya, begitupun So Eun. Perkataannya baru saja membawa mereka kembali pada malam itu dimana mereka melakukan skinship untuk pertama kalinya. Tak ada niatan, tak intensitas khusus, hanya saja semua terjadi alami begitu saja karena terbawa suasana. Sesuatu yang diam-diam sebenarnya sering menganggu fikiran keduanya.

“A-Ah, maaf karena hari itu saya melakukan hal yang tak seharusnya…” So Eun tersenyum canggung. Tiba-tiba merasa tak enak.

“Tidak sama sekali. Bahkan, saya yang melakukan hal yang tak seharusnya. Saya fikir saya hanya terbawa suasana dan… ikut merasa cemas…” ujar Dong Hae sambil berdehem dan tersenyum canggung. Hal yang sama terlihat di wajah So Eun. Butuh beberapa menit bagi keduanya untuk menormalkan suasana diantara mereka lagi.

Sementara itu beberapa meter dari mereka Dae Han tampak berhenti bermain dan memperhatikan mereka dari jauh. Senyuman senang terlihat di wajah anak itu melihat keduanya yang tampak semakin akrab. Hal itu bagaikan sebuah pertanda bahwa usahanya untuk mendekatkan keduanya tak akan sia-sia.

Ketika senja mulai menjelang ketiganya akhirnya mulai meninggalkan taman itu. Saat ini keduanya berjalan menyusuri taman yang luas sembari bergerak menuju dimana Dong Hae memarkir mobil. Ketiganya terlihat cukup terlarut dalam indahnya sunset yang menemani jalan mereka pulang.

“Kenapa hari yang menyenangkan harus berlalu dengan cepat. Padahal Dae Han ingin bermain lebih lama..” bocah menggemaskan itu mengomel pelan. Langkah kecilnya tampak berusaha mengibangi langkah pelan sang ayah yang menggandengnya keluar dari kawasan taman tersebut.

Sementara itu baik Dong Hae maupun So Eun sama-sama tersenyum mendengar ucapan polos bocah kecil itu. Mereka mengalihkan pandangannya dari indahnya sunset menatap ke arahnya.

“Apa kau tidak lelah? Kau terus berlarian seharian ini..” So Eun terkekeh sambil mengiringi langkah kedua ayah dan anak itu di sisi yang lain.

“Tidak lelah sama sekali. Aku masih kuat berlari lebih lama, tahu.” Jawab Dae Han sambil mendongak pada So Eun.

“Tentu saja sekarang. Ayah yakin beberapa jam lagi kau mulai mengeluhkan kakimu pada nenek..” Kali ini giliran Dong Hae yang bersuara dan mengacak rambutnya.

“Walaupun begitu Dae Han tetap ingin bermain lebih lama, ayah. Dae Han ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama ayah dan So Eun…” Dae Han bergumam lagi, kali ini dengan sedikit cemberut di wajahnya. “Sebenarnya Dae Han sering melihat ada anak pergi bermain di taman dekat sekolah bersama ayah dan ibunya. Teman-teman Dae Han juga sering bercerita kalau mereka sering liburan dengan orang tua mereka. Dae Han kadang sedih karena Dae Han tidak pernah melakukannya dengan ayah dan ibu..”

Raut wajah Dong Hae dan So Eun sama-sama berubah. Mereka diam-diam menghela nafas pelan mendengar ucapan polos bocah itu. So Eun tampak melirik Dae Han iba sambil sesekali melirik Dong Hae yang menundukkan kepalanya.

“Ayah rasa ini adalah kesalahan ayah. Ayah terlalu sibuk bekerja sehingga sering meninggalkan Dae Han sendiri. Maafkan ayah, untuk selanjutnya ayah akan mencoba untuk meluangkan lebih banyak waktu bersama Dae Han seperti ini..” Dong Hae melirik Dae Han sambil mengacak rambutnya lagi. Ia tersenyum putranya itu walaupun senyumannya terkesan sedikit getir. Sementara itu di sisi yang lain So Eun hanya diam memperhatikan moment ayah dan anak itu. Dia tak punya lahan untuk ikut berbicara dalam hal seperti ini, begitulah fikirnya.

Tapi tiba-tiba sesuatu yang lembut menyentuh tangannya. Jemari-jemari mungil itu lalu menggenggam salah satu tangannya dimana yang satunya masih tersimpul erat dengan salah satu tangan Dong Hae.

“Ayah, tidak bisakah kita membawa So Eun juga?” Dae Han mendongak kembali pada Dong Hae. Sementara Dong Hae terdiam menatap putranya, ia kemudian mengalihkan pandangannya melirik So Eun yang juga melirik padanya tanpa suara. “So Eun, apa kau tidak mau ikut bersama kami lagi?” Dae Han kali ini beralih menatap So Eun.

Kedua orang dewasa itu masih bisu tanpa suara. Mereka belum tahu akan menjawab bagaimana. Itu sebabnya keduanya hanya membagi pandangan tanpa suara. Apa yang harus mereka jawab? Mereka mempunyai perasaan yang sama di dalam fikiran keduanya.

“Dae Han ingin memiliki keduanya, ayah dan So Eun. Seperti anak-anak di taman dan teman-teman Dae Han, Dae Han ingin ada ayah dan juga ada ibu…”

Sunset yang terasa lama, sama seperti malam ini yang mungkin akan menjadi sangat panjang bagi Dong Hae dan So Eun.

❤ TBC ❤

Akhirnya setelah pertimbangan FF yang awalnya ditarget twoshoot ini akan menjadi salah satu FF part untuk HaeSso. Alasannya karena materi cerita ini sedikit tidak memungkinkan untuk dibuat dengan alur pendek. Targetnya tentu saja membuat Dong Hae dan So Eun akhirnya benar-benar menikah atas perantara Dae Han, namun caranya kesana aku rasa tak sesimple itu. Setidaknya Dong Hae dan So Eun juga harus saling menyukai satu sama lain dimana untuk hal itu terjadi waktunya ga bisa terburu-buru karena takutnya kesannya malah tak alami.

Oleh sebab itu, mungkin ff ini akan diperpanjang untuk satu atau dua chapter lagi. Aku sudah sedikit membuka romance antara keduanya jadi di part selanjutnya mungkin tujuan Dae Han akan lebih mudah.

Semoga prompter yang meminta FF ini, kak Rahmi mau mengerti. Juga semoga readers semuanya tak keberatan dengan hal ini.

Akhirnya, terima kasih karena telah membaca semoga bisa menghibur readers sekalian ^^

52 Comments Add yours

  1. anna berkata:

    Akhrny bs bc klnjtn ff ini,,greget bgt donghae kpn bs jtuh cnt ke sso keburu ssony bete lho mrasa diingkn krn ktrpaksaan,,hae iktn brjuang donk ms kalah sm anak,,

  2. pipip berkata:

    Waaaaah akirnya bsa bca ff ini lgi
    Kyknua usha daehan gak sia2 tuh buaat nyatuin soeun dgn donghae
    Soeun yg emg dri awal udh ada rasa dgn donghae smkin mudah tuh
    Tpi krna soeun orgnya pemalu jdi rada susah ya ckck
    Donghae kyknya masi bimbang ya dgn prsaannya
    Tpi kyknya udh mulai serius buat mkirin prmintaan daehan tuuh
    Pnsrn dgn next partnya dtnggu eon

  3. Niniet berkata:

    Tentu putri..aku malah senang ga keberatan sama sekali, malah berharap ini ff ga ending di satu atau dua part lagi..jujur sejujurnya kau suka banget ceritanya..bisa nyelam masuk ke dalam cerita, bikin ketawa, terharu sekaligus ada sedihnya juga ngerasain apa yang di inginkan bocah nakal itu..dan memang pdkt sso dan juga hae aku setuju , jangan terburu2 jutru yang penarik prosesnya itu.lanjut ya put..:D

  4. Mothisan berkata:

    Keinginan seorang anak untuk mempunyai seorang ibu sangat di dambakan,,,,
    Seorang ayah pasti akan mewujudkan keinginan sang anak,,,

  5. safriyanti berkata:

    Hae msak klah sma ank,a sech,,,
    Krg greget bnget,,,
    Ayo dong da aksi dkit,,,
    Gk susah kok jtuh cnta ma sso asal dbka hti,a,,,
    Aish pa prlu sso dandan dlu,,,

  6. Ayu Chokyulate berkata:

    donghae sama so eun masih canggung aja nih, kalo ngobrol juga masih formal banget… tapi setidak nya mereka jadi lebih deket karna ulah dae han kkkk~
    duh dae han gencar banget sih deketin haesso, bener bener pengin sso jadi ibu nya.. yg paling lucu pas dae han sekongkol sama nenek nya buat ngunciin haesso wkwkwk itu lucu banget :v
    next eonni, cerita nya makin serruuu (y)

  7. Puspa Kyukyu berkata:

    Wahhhh…
    Kasihan Soeun di kasus penculikan itu… u.u
    mna perhiasannya hilang…

    Gemes deh ngebayangi Daehan yg khawatir sma Soeun didapur pagi itu…
    Xixixixixi

    smoga Usaha Daehan berhasil yoooo…
    Hahahahah..
    Ditunggu nextnya Uni…

  8. Irnawatyalwi berkata:

    Aduh haesso knpa kalian sangt2 mnggemaskn? Aku greget sndri liat kalian, bnr2 prlahan PDKx Pdhal uda pgen bngt mrka mesra2 n menikah trus kasi adik buat dae han, ngeek i2 kcpetan bngt, hrus step bye step supya kish cnta mrka lbh dpet lg, yah Put kk stju kalo in d jadiin ff krn crtax trlalu cpat kalo jd 3 shoot, yap mgkn 2 chaptr lg ckup ya wlpn msi pgen lbh si hehehe, aku ingn brlma2 dgn pairing haesso g tau knga cnta bget ma pasangn in.

  9. hesti berkata:

    Makin greget ajs sasma ceritanya

  10. wahyuSsoAngells berkata:

    Yeaayy akhirnya ff ini diperpanjang😊klo aku sih mlah suka nih ff dibkin bbrapa chapter,,susah jg sih bkin interaksi perasaan antara haesso,,msalahnya soeun terllu pemalu,trus donghae ngerasa sso itu bkn tipenya😩tp kn smua bsa brubah seiring kbersamaan#cieelahh😂😂
    Si Daehan heboh bgt pas liat luka goresan diperutnya sso,,sampe teriak2 trus bilang klo perutnya sso dipotong gmna,,yaampunn daehan polos bgt sih*gemess😣😘
    Smoga kdepannya mreka bner2 bsa jd 1kluarga yg diharapkan Daehan👪

  11. Devi berkata:

    Geregetan dech lihat haeppa ma eonnie so eun yg malu2 gtu,,,,heheheheheheh

    Usaha daehan buat memyatukan haeppa and eonnie so eun gk sia2 nich soal’a haeppa ma eonnie so eun sering bertemu yh mskipun blom ad kemajuan klo haeppa
    Tertarik ma eonnie so eun,,tpi mudh2an dengan mereka sering bertemu rasa suka mereka akn timbul dengan seiring’a waktu,,,

    Jdi penasaran kelanjutan’a,,,
    D tunggu kelanjutan’a,,,semngaaaat

  12. AiSparkyu berkata:

    Snagt gk kbrtan kok thour mlhan sneng bnget partnya di tmbah dengan bgtu psti part haesso jdi tmbah bnyak,,,hhe #ngarep.. Ksian bnget ma Sso dan daehan wktu insiden pnculikan psti merka ktkutn bnget..hha sneng bnget akhirny haesso tambh deket wlaupn msih terksan canggung,,ok thour next partnya di tnggu bnget mga haesso jdii tmbah deket dan tmbuh bnih” cinta

  13. Deborah sally berkata:

    Karya Putri makin kece deh ah! Gue suka. Apalagi di bagian Daehan yang histeris liat plaster di perut Soeun

  14. Vhi berkata:

    Daehan msih kecil tapi pinter syka bngett ,,, terus uusaha ya nak bwt jodohin ayah sama so eun ,, smoga ajh donghae bsa membuka hati bwt sso ,, sso kan udh ada rasa sma hae ,,,,

  15. octa berkata:

    Huaaa tingkah dae han menggemaskan bgt
    Ditunggu next part nya 😉

  16. ireumiprincess berkata:

    Ceritanya makin baguussss,jdinya ff part niihh?klo gtu ditunggu yaaa~

  17. YhuliiSoeun berkata:

    YESS !! Malahan aku suka d.perpanjang … Huhuhuy 😀 10 chapter jga gak apa … Jiahh :v
    ahh suka semua moment d.sini .. Apalg haesso pas d.mobil >_< benih benih cinta udh muncul wkwkwk… 😀 Soeun sih udh suka sama donghae,nah giliran donghae.y ni harus cpt d.buat sadar #apa'an :v hahaha… Plis donghae gk usah yah ingat2 mantan lagi (tiffany) :3 untung hae gk nelpn fanny tadi 😀
    Pokok.y suka dah… Next part.y sangat d.tggu … ^^

  18. YhuliiSoeun berkata:

    YESS !! Malahan aku suka d.perpanjang … Huhuhuy 😀 10 chapter jga gak apa … Jiahh :v
    ahh suka semua moment d.sini .. Apalg haesso pas d.mobil >_< benih benih cinta udh muncul wkwkwk… 😀 Soeun sih udh suka sama donghae,nah giliran donghae.y ni harus cpt d.buat sadar #apa'an :v hahaha… Plis donghae gk usah yah ingat2 mantan lagi (tiffany) :3 untung hae gk nelpn fanny tadi 😀
    Pokok.y suka dah… Next part.y sangat d.tggu …. ^^

  19. Kim Ra rA berkata:

    hmmmmm bakal jadi chapter ff buat HaeSso? itu sih Good News banget special for me. justru mau bilang makasih buat putri karna cerita ini yang benar benar jadi bagus dan seru

    deg degan dan was was waktu terjadi permapokan apa lagi si pelaku lagi pada mabuk. untunglah gak terjadi hal yang buruk sama mereka berdua, hadeeeeuh dasar bocah masa perut yang kena gores maau di potong hahaha

    usaha dae han mulai nenunjujan hasil. ada keemajuan buat keduanya yang kini mulai agak dekat meski mereka masih canggung. next part psti nya makin seru dengan aksi jahil si kecil dae han tentunya. (jadi kepikiran. mungkinkah ide cerita saya bikin putrinya pusing??? hahaha ma’af yach put dan Terima kasih atas kesempatan yang putri kasih)

  20. Mama nikita widiyati berkata:

    Ah,diperpanjang?Siapa takut,aku malah seneng kok…Soalnya kisah ini kan menyangkut donghae yg sudah prnh brklrg dan so eun yg masih ting2.So bnr kata author hrs step by step…..Lebih2 tutur kata main castnya tuh berattitude bgt…..Sopan ehmmmm bikin gregettt

  21. Reta berkata:

    Ga papa putri… Dibikin panjang jg ga popo. Biar keliatan natural gitu ceritanya. Aq suka ini, sederhana tp feelnya dapet banget!!

  22. Ayunie CLOUDsweetJEWEL berkata:

    Harusnya memang fic ini lebih dari 2 chapter. Perasaan Dong Hae dan So Eun harus terjalin secara pelan-pelan, kalau terlalu cepat, kan malah terkesan dipaksakan nanti. Dengan kata lain, semuanya butuh proses.

  23. astrielf berkata:

    What a great story! tapi geregetan gara-gara Dong Hae masih aja belum menemukan celah buat suka sama So Eun. Kayaknya didatangkan laki-laki yang bisa bikin Dong Hae merasa cemburu sama So Eun bagus nih kak, kayak Kyu Hyun tiba-tiba datang terus bikin Dong Hae perlahan menyadari kalo So Eun gak boleh dilepaskan gitu aja jadi buru-buru nyetujuin keinginan Dae Han supaya bisa jadiin So Eun ibunya Dae Han wkwkwk,,next part bikin Dong Hae jatuh cinta sama So Eun dong thor, bikin Dong Hae semakin terkesan sama So Eun sebelum So Eun nyatain perasaannya sendiri ke Dong Hae wkwkw, semakin seru dan semakin nagih pengin baca. Aku komen di part 1 dan 2 kok kayaknya gak muncul ya kak. Jangan lama-lama ya kak lanjutin FF ini pokoknya banyakin aja FF HaeSso di sini biar makin rame dan menariiik!!!! ASAP ya kak 😀

  24. mryzulfah berkata:

    Aaaaaaaaaa seneng bgt ff ini udah di up date,, baru pulang ngedaki di suguhin ff yg paling di tunggu itu rasanya seneeeeeeeng binggow hahaha, kyanya dong hae mlai bisa mnerima setiap rencana anaknya,, aaaa cpet jtuh cinta dong hae,,,, dae han pinter bgt ada aja cara fia bwt bkin nyomblangin ayahnya sama so eun,, lucu liat paniknya dae han pas so eun luka,,mkin pnasaran sama next chappienya,, next nya ASAP ya unnie 🙂

  25. Rani Annisa berkata:

    wah dae han pintar banget kalau mau ngejodohin so eun sama donghae,, dan mereka juga udah mulai dekat…

    suka banget sama ff ini dan ternyata sekarang di buat sequel 🙂

    ditunggu kelanjutannya 😉

  26. miani caledupha berkata:

    akhirnya…
    ck. dae han bnar2. anak itu selalu bsa mengendalikan semuanya. kejahilannya sepertinya sukses membuat appanya ~donghae mulai menyukai so eun.

    ditunggu nex partnya

  27. dewitya berkata:

    kreeen brooo

  28. Lilare berkata:

    Wuaaahhh akhirnya lanjutannya di post…
    Gemesin liat tingkah daehan…^^
    Aduh yg ada sso yg makin jatuh cinta sma sso..
    Hmm jadi penasaran gmna lnjutannya …
    Ditunggu author..semangat ya ^^

  29. shaneyida berkata:

    angguk3 bener put .. Haesso kudu punya kemistri perasaan saling menyukai d balik krna memng mereka jodhan daehan biar alami kata puput tdii …kakk angguk2 seKyuhyun ets setuju maksudnya 😉 !! Perkembangan dr tiap partnya sangat mengasyikkan … Enak d ajak bermain *eoh* ,, ketika haesso terjebak d dalam lubang semut kkkke mereka merasa canggung cieee cieee apalgi d intip ma readers jd makin canggung *eoh * kkke , cuka ngelihat kegigihan daehan dlm proses menyatukan haesso …eee d bantu ma sekertarisnya kkke nunjuk nenek ..yg ikutan3 nurut ma keinginan daehan terlebih sang nenek jg melihat geLagat soeun yg baik buat perkembangan daehan , … Prustasi hae ketika d kurung berdua ma soeun ..tp dia mampu untung mengajak sso berbincang jdilah komunikasi mereka d mulai ..awal yg baik ..misi daehan yg pertama berhasil ¨Ħiii¨¨Ħiii¨¨Ħiii ƪ(˘⌣˘)♥

    Waduh langkah selanjutnya ketika haesso tak saling ketemu daehan ngerasa cemas takut ayahnya d culik ma wanita genit dan ayahnya tak d kembalikan jdlah dia merancang misi kduanya yg awalnya terlihat gagal krna hae tak kunjung dtg sehingga sso ma dae d todong ma orng hampir aje soeun bener3 mati kehabsan drah krna d tusuk pisau kke tp untunglah ada warga yg menyelamatkannya dan orng yg menyelamatkan daehan ma sso ialah pupuut xixixii ,, dan misi kedua daehan d part ini kembali berhasil hae dtg ke apartemen dan Menenangkan sso d kala dia thu insiden ntu terjadi ..cieeee kemajuan kkkke , aye ngakak ketika paginya dae panik ..bilng perut sso akan d potong krna luka trus habs drah kkke ..muka n sift anak kecil nya terlihat kkkke apalgi pas dia merengek ma hae krna merasa takut dan aman ketika ayahnya ada d dektnya 😉 ….itulah daehan anak kecil dg sejuta pesona dia kek bunglon anak kecil berbahaya yg iso memberikan aliran listrik yg donghae inginkan ketika mau megang soeun kkkke , mereka dh terlihat kek kel kecil yg sempurna xixi. Misi berhasil d misi berikutnya
    Hae sempet melirik hapenyo ada kontak fany ..tp dia urungkan krna hatinya nolak kkke , donghae dah sdr dah mengerti isi sesunGguhnya kenapa daehan begitu mengingkan sso jd ibunya yg awalnya dia msh bertanya2 ttg alasan dae begitu menginginkan sso 😉 ayeaaaah , sso sangat melindungi dae ketika penodongan itu belangsung ,begitu lah respon ibu kpda anaknya hhhe ,,, ciee soeun dah melihat dr pandang ayah n ibu yak ¨Ħiii¨¨Ħiii¨¨Ħiii ƪ(˘⌣˘)ʃ•´¯`• ♥

    Mereka piknik bersama terasa bgt nuansa or auraaa kebahagiannya …hae udah mulai iso membangunpercakapan yg baik ma soeun ..dan terlihatlah dr ujung mata daehan … , dae mencba mengungkapkan keinginannya untuk memiliki soeun jd ibunya d situ ada kecanGungan n ketegangan antara sso ma hae ..mereka berpikir n merasa tak th hrs kek gimna hingga rsnya waktu begitu lambat bergerak untuk menjwab keinginan daehan …, sso sudh banyak terserang aliran listrik ketika melihat n bersama hae …sedgkan hae mash mencari3 charger ma colokkan listrik untuk mendptkan aliran listrik kkkke biar iso sama2 punya aliran listrik biar rumah ga gelap yak biar dunia mereka terang hhhe kebwa arus puput ma mengenai listrik ini ƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐ”̮‎​​

    Keep writing put ..banyak jempol gajah ma 2 jempol dhangko n melo buat puput kkke (y) ,Espirit n cmingit n slalu sukses for u (o ³ )o ~♡ ♥*Muãch:*♥ *♥*Muãch:*♥*

  30. Elisa berkata:

    Wah author a ksi semngat bru di minggu yg mlelhkan ini….apa lagi denger mau di tmbh captr a…..daebak….thanks author….ling skak di capt yg soeun lagi mask dipeluk daehan dri blakng…finaly skak smu a… Kek a hae oppa hrus di dtngkan orng ke 3 bru da lirn listrik a ni..he..he..he
    di tunggu putri next capt a…..faighting….

  31. melli ichiro berkata:

    wah,, sepertinya donghae masih belum bisa membuka hatinya untuk wanita lain,, apalagi dia masih mengharapkan tiffany,, makin penasaran saja nich,,,, di tunggu next partnya,,

  32. Annisa Rahmadiah berkata:

    wah…
    aku kira ini akan berlanjut sampe donghae dan soeun menikah??
    tapi gapapa deh.. semoga aja mereka jadi bertambah dekat ya, dan bisa mewujudkan keinginan daehan..

    ditunggu sequelnya ya thor..
    fihting..

  33. aikurasin berkata:

    Q setuju s’X klo haesso+daehan l jut soalnya ni anak bner2 bikin gemes . . .next . .

  34. kriyan berkata:

    Dae han lucu banget ngegemesin
    Ada ada aja kelakuan y
    Ahh donghae susah banget sih
    Gemes jadi y
    Hmmm emang bener
    Ide ff bagus dan kalo cerita y di bikin 3 Shoot
    Emang ke pendek an
    Jadi setuju banget di bikin chapter
    Oke di tunggu kelanjutan y semangat

  35. Fee berkata:

    Akhir.y muncul jg ff ini..
    Suka bgt sm semua karakter di ff ini.
    Apalagi karakter donghae yg kebapaan.oke next part ditunggu,,

  36. luky berkata:

    yesss diperpanjang…
    dri awal aku juga ragu klo ff ini bkl sampe twoshoot/threeshoot aja, krna mski crtanya simple tpi konfliknya gak mudah diselesaiin.
    huuuhhhfff hampir aja tkut klo sso ama dae han bnr” diapa”kan sama perampok itu.
    gak sabar bngt sama kelanjutannya…
    selalu ditunggu.

  37. Esaa berkata:

    Akhirnya baca juga part ini.
    Patut diacungi jempol usahanya Dae Han. Pertimbangan kamu put aku dukung put, iyaaa ini jadinya natural banget.
    Bagaimana canggungnya mereka dan Dong Hae yang masih sesekali teringat mantannya itu. . .
    Ayo Dae Han lanjutkan misimu!

  38. yuliaseptiani berkata:

    100 jemapol buat author yg dh bikin ff keren n keche binggo ~kkkkk 😀
    kaget banget walllktu sso malah d rampok gtu 😥 beruntung sso sama daehan gpp ..
    aaaahh suka banget sama moment haesso yang pas hae khwrtr sama sso waktu kjdian perampokan ..
    haesso n daehan waktu piknik dh kyak keluarga bneran ^^ akankah sso mau ibu dari daehan ??? next ny d tunggu segera ^^

  39. marly berkata:

    Kirain udah End…ternyata di perpanjang..;) tp emg bener klo alurnya di bikin cepat kesan nya emg aneh…yesyes moment haesso ud makin bikin senyum2 disini..

  40. srdkim24 berkata:

    Lucu bgt klakuannya daehan… Bikin q g berhenti buat ktwa…

    Trs seneng bgt liat sso dan hae mulai akrab…

    Dtunggu chap slanjutnya yah… ^^

  41. Ini salah satu ff favorit qw , haesso emang couple yg paling manis hehehe di tambah ada daehan yg lucu dan ngegemesin !

    Di tunggu lanjutannya dan ff sso yg lainnya !

  42. nita berkata:

    seperti usha daehan untuk mndktkn haesso sedikit demi sedikit mmbuahkan hasil. skrng haesso udh mulai deket, y mskipun d sni hae blm pnya prsàan k sso. next chap d tnggu 🙂 keep writing.

  43. yehaesso berkata:

    kemajuan nih haesso ayo di update lagi author udh penasaran lagi aja sama pasangan ini. oppa bales dong cintanya sso hhehe. ampun daehan tingkahnya gemesin banget, selalu banyak ide untuk haesso. pinter banget ini anak.

  44. Azizah berkata:

    ff nya keren Daebak buat author nya. berharap banget Donghae oppa bersatu dgn Soeun eonni dlm ikatan pernikahan.

  45. Luthfiangelsso berkata:

    Wewwww maaf baru komen 🙂
    Hubungan sso sama donghae masih kaku nd canggung kerasanya, apalagi donghae yg blom ada tanda” cinta ke sso. Waktu sso sama daehan di rampok aku pikir yg bakal dateng nyelamatin itu donghae eh ternyata bukan hehe.
    Di tunggu next chapt nya nd di tunggu loveline nya haesso ❤

  46. Tri berkata:

    Yes…sso dan donghae smakin sering ketemu, pinter juga dae han jadi mak comblang hehehe

  47. anindya berkata:

    dae han keren2 idenya buat nyatuin sso ama donghae n untungnya didukung penuh ama sang nenek yg pengen liat dae han bahagia punya ibu baru pilihannya sendiri yaitu sso

  48. Luki Windiati berkata:

    Eonni ff the chosen mother nya kpn dilanjt ??

  49. rizki berkata:

    keren banget, akhirnya setelah nunggu lama, makin penasaran ni, kpan mereka bisa bener bner bersatu,, oke ditunggu next chapternya,,,tpi ktanya ni three shoot kok udah yng ketiga belum selesei,,,

  50. aikurasin berkata:

    bner2 m’rindukan kljutannya ff haesso . . . . next

  51. irha smr berkata:

    aahh pairing Haesoo!!!!!

    sukasuka….
    buat alur crtany lbh pnjg lg gpp thor, after mrk married & sampe pnya baby, adk bwt Daehan (hahaa)….

    ditunggu moment manis Haesoo nya ^ ^

  52. ama_kyu's koswara berkata:

    Turutin aj sh hae ksian tuh bocah hehehe…

Tinggalkan Balasan ke Tri Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.